Sabtu, 25 Juli 2009

HakMelakukanKekerasan

HAK MELAKUKAN KEKERASAN
Oleh Prof. Dr. H. Salman Harun


Surah Ali ‘Imran/3:12 menyatakan:
      •    
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. dan Itulah tempat yang seburuk-buruknya".

Makna ayat itu jelas, karena kata-katanya tidak ada yang perlu diterangkan, selain sedikit mengenai al-mihad. Secara harfiyah kata itu berarti tempat istirahat, seperti merebahkan badan, menyelonjorkan kaki, dan merentangkan tangan untuk istirahat dari kepenatan yang dirasakan. Dari akar kata itu terbentuk kata al-mahd ‘buayan’, karena merupakan tempat istirahatnya bayi. Jadi, orang kafir begitu malang, ingin istirahat dari kecapaian, tetapi tempatnya justru di neraka (mana mungkin bisa istirahat dalam neraka, dan nerakanya Jahannam lagi yang merupakan neraka terdahsyat).

Makna ayat itu adalah bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyatakan kepada mereka yang ingkar, yang tidak mau juga iman kepada Allah dan mengikuti beliau, yaitu kaum musyrik Makkah, bahwa mereka akan dikalahkan di dunia dan di akhirat akan dihalau ke dalam neraka. Jadi pesan ayat itu adalah ancaman.

Rasulullah itu adalah pedoman dan contoh teladan kita. Sebagaimana firman-Nya Surah al-Ahzab/33:21:
                
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Apa yang diperintahkan kepada Nabi saw berarti juga diperintahkan kepada kita Timbullah pertanyaan, apakah pesan ayat itu menjadi pesan pula bagi kita, dalam arti bahwa kita juga harus mengancam mereka yang bukan muslim, bahwa kita akan memerangi mereka dan mereka akan kalah, dan di akhirat mereka akan masuk neraka.

Bila pesan ayat itu demikian, Islam dengan demikian agama yang tidak benar, karena memerintahkan memerangi sesama manusia, pada hal mereka adalah ciptaan (makhluk) Allah juga. Hal itu tidak masuk akal, karena itu ayat itu perlu ditafsirkan, ilmu tafsir perlu berperan.

Bila pesan ayat adalah mengancam orang bukan muslim, hal itu tentu bertentangan dengan banyak ayat lain dalam Al-Qur’an, di antaranya adalah:

1. Surah al-Baqarah/2:256:
      ••                     
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

Maksud bagian awal ayat itu adalah bahwa umat Islam tidak boleh memaksakan Islam kepada orang lain. Allah telah memberikan alasannya, yaitu bahwa “Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” Islam itu benar, yang bukan Islam tidak benar. Orang pasti akan memilih yang benar karena fitrah atau kodratnya, tanpa dipaksa. Bila mereka tidak mau juga menerima kebenaran itu tanda ada yang salah pada diri orang itu, yang menyalahi kodratnya. Dalam ayat lain disebutkan bahwa salah satu penyebab manusia tidak mau menerima kebenaran adalah perasaan iri dan benci saja antara sesama mereka (al-Syura/42:14):
                      •         
Dan mereka (ahli Kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, Karena kedengkian di antara mereka. kalau tidaklah Karena sesuatu ketetapan yang Telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, Pastilah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang Kitab itu.

Mereka sesungguhnya mengakui kebenaran Islam, tetapi perasaan tidak senang mereka menghentikan mereka untuk beriman. Allah bisa membenarkan yang benar dan menghukum yang salah di dunia ini juga, tetapi ketetapan-Nya adalah bahwa Ia mengundurkannya ampai ari Kemudian. Dan i dunia ini yang Allah minta adalah berlomba mempersembahkan kebaikan kepada manusia dan kemanusiaan, sebagaimana firmannya (al-Ma’idah/5:48):
          •                           •                    
48. Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu,

Allah bisa membuat agama itu di dunia ini satu saja, yaitu Islam, tetapi Ia tidak mau melakukan hal itu. Islam harus memperlihatkan kemanfaatannya kepada manusia. Dengan demikian jelas bahwa kekerasan, pemaksaan, dan semacamnya dalam beragama dan menjalankan agama tidak dibolehkan.

2. Surah al-Kafirun/109:6:
    
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Ayat itu berisi pengakuan terhadap eksistensi agama lain. Sekali lagi, “eksistensi”, bukan kebenaran agama lain itu. Dalam sejarahnya, tidak hanya Adam dan Hawa yang diminta turun ke bumi, tetapi juga Iblis. Berarti yang berhak hidup di bumi ini tidak hanya kebenaran, tetapi juga kejahatan. Jangan bermimpi bahwa kebenaran akan dapat menghancurkan kejahatan sampai hilang sama sekali, karena Iblis dijamin hak hidupnya oleh Allah sampai Hari Kemudian. Di dunia selalu tersedia jalan kebenaran dan jalan kesesatan. Terserah manusia jalan mana yang ia pilih. Oleh karena itulah kekerasan atau pemaksaan kepada manusia untuk mengikuti kehendak tidak dibenarkan dalam Islam.

3. Surah al-Hujurat/49:13:
 ••           •      •   
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam ayat itu dinyatakan bahwa Allah memang menciptakan manusia berbeda-beda. Perbedaan itu bukan untuk menjauhkan manusia satu sama lain, tetapi justru untuk kenal-mengenal. Kenal-mengenal akan memberikan manfaat bagi manusiapada seluruhaspekkehidupan. Kenal-mengenal akan membuat tertarik satu sama lain, timbul persahabatan, bahkan perkawinan. Dari kenal-mengenal timbul keinginan untuk saling memberi, tukar-menukar,dsb. maka timbullah perdagangan. Kenal-mengenal akan menumbuhkan simpati, lalu timbullah persatuan, lalu ada yang memimpin, maka muncul aspek politik. Demikianlah kenal mengenal itu akan membawa dampak positif pada seluruh aspek kehidupan manusia.

Coba Anda bayangkan! Sebelum Islam sudah ada dua adi kuasa yaitu Rumawi dan Persi. Yang ada dalam otak orang Rumawi dan Persi waktu itu hanyalah bagaimana menaklukkan manusia, menjajah manusia. Islam datang, maka yang diajarkannya adalah agar terjadi kenal mengenal itu. Jadi Allahlah yang menciptakan pluralis dalam berbagai segi. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi pluralisme. Karena itulah Islam menentang kekerasan dan pemaksaan.

Demikianlah, pesan yang terkandung dalam Ali Imran/3:12 itu bukanlah agar kita meniru Nabi saw pula dengan mengancam orang lain untuk mengikuti kita.

Bila demikian, apakah pesan ayat itu? Perlu dilihat konteks ayat. Ayat itu berbicara tentang Allah (ayat 2), yang memberi petunjuk bahwa manusia perlu mengimani-Nya. Berbicara tentang Al-Qur’an (ayat 3), yang berarti bahwa manusia perlu menerimanya. Berbicara tentang Rasul (ayat 7), yang berarti bahwa manusia perlu mengikutinya. Mencontohkan orang yang memiliki akal yang suci (ulu’l-bab) (ayat 7), yang mengimani semua itu, yang perlu ditiru. Mencontohkan sebaliknya, yaitu Firaun yang maharaja diraja itu, tetapi hancur di tangan Nabi Musa, yang memberitakan kepada manusia bahwa siapa yang membangkang kepada-Nya dapat menemui kehancurannya. Setelah itulah datang ayat ini, yaitu perintah kepada Nabi saw. agar memperingatkan kaum musyrik Makkah yang menyerang Nabi di Medinah, bahwa mereka akan menemui kehancurannya. Setelah itu memang datang ayat yang mengisahkan serangan kafirin Makkah itu, yaitu Perang Badar, dimana kaum muslimin yang berjumlah 313 orang itudapat mengalahkan kaum muyrikin yang berjumlah hampir 1000 orang.

Jadi ayat yang kita bicarakan itu berisi kisah dakwah Nabi saw. Beliau sampai diperangi oleh kaum musyrikin. Dalam suasana perang seperti itu tidak pantaskah Nabi memperlihatkan ketegarannya, dengan balas mengancam mereka bila masih juga menyerang? Demikianlah, kekerasan atau peperangan hanya dibolehkan dalam rangka membela diri.

Namun dalam rangka membela diri itu, peperangan hanya boleh dilakukan di tempatnya, yaitu di tempat terjadinya peperangan itu. Peperangan tidak boleh diperluas ke daerah-daerah aman. Bila daerah aman juga diserang, itu termasuk tindakan di luar batas (I’tida’/penyerangan/ekspansif), yang dilarang menurut ajaran Islam (al-Baqarah/2:190).

Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa peperangan itu tidak boleh melibatkan masyarakat sipil. Islam mengajarkan agar masyarakat sipil itu dilindungi, sesuai dengan pesan Nabi bahwa orang tua, perempuan, anak-anak, dan lingkungan tidak boleh diganggu. Kalau berperang, berperanglah antara seradadu dengan serdadu. Kalau melibatkan masyarakat sipil, itu berarti melakukan pembunuhan. Pembunuhan dalam Islam berdosa besar. Pelakunya alih-alih menyangka akan masuk surga, justru akan dijebloskan ke dalam neraka.

Jakarta, 25 Juli 2009

Salman Harun
UIN Jakarta