Minggu, 09 Oktober 2011


KUASIKRISTAL
“DanielShechtman (70), ahli kristal berkewarganegaraan Israel, menjadi tertawaanrekan-rekannya saat berhasil menemukan kuasikristal, 30 tahun lalu. Kini,temuannya itu justru membalikkan teori yang ada. Susunan atom dalam kristalyang geometris tidak harus tersusun berulang-ulang secara teratur, sepertidalam mozaik Islam,” demikian tulisan KOMPAS hari Kamis 6 Oktober 2011halaman 16.
Tulisan itu mengomentari temuan PemenangHadiah Nobel Kimia 2011. Temuannya itu terjadi secara tidak sengaja pada 8 April1982, ketika ia memperoleh beasiswa untuk mengadakan penelitian pascadoktoraldari Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat. Ia mencampur aluminium denganmangan. Ia ingin mengetahui apakah ada gangguan pada struktur materi campurantsb. Setelah ia teliti ia justru melihat pola simestris yang tidak berulang. Iamenemukan sturuktur atom campuran itu memiliki 10 sudut. Ini sangat mustahil,karena selama ini dikenal (yang diakui Persatuan KristalograferInternasional-IUC), struktur atom itu empat atau enam sudut. Pengulangan polasimestris merupakan suatu keharusan agar kristal bisa terbentuk. Namun dalamkuasikristal, variasi jarak antaratomnya berkaitan dengan nilai rata-ratanya. “Polatak teratur itu mirip dengan seni mozaikIslam, seperti yang ada di istana Alhambra di Granada, Spanyol, dan MausoleumDarbi Imam di Isfaham, Iran. Mozaik itu memiliki karakter yang sama dengankuasikristal, yaitu polanya teratur, yang berarti memiliki pola matematistertentu, tetapi tidak pernah berulang,” katanya.
Ketika ia memperkenalkantemuannya itu kepada teman-temannya, is justru diketawakaan. Ia bahkan diejekdengan sebutan kuasi-ilmuwan ‘mirip ilmuwan’. Karena gigih dengan temuannya, iaakhirnya diminta mengundurkan diri tempatnya meneliti di atas. Ia kembali keIsrael. Setelah sempat ditolak, temuannya dan ketiga rekannya itu akhirnyadimuat dalam jurnal Physical Review Letters pada November 1984। Ternyata logam yang dihasilkannya lebih kuat. Logam itu sekarang digunakan untuk bahan membuat pisau bedah mata, yang tipis dan kuat.
Membaca temuan Shechtman itu sayateringat “sajak" Al-Qur’an. Ujung-ujung ayat-ayat Al-Qur’an pada umumnyaberbunyi sama. Ambillah contoh Surah al-Ra’d yang sedang saya terangkan melaluiRRI Jakarta Pro 1 FM 91,2.
Bunyi ujung ayat-ayatnya sebagaiberikut:
Sajak Surah 13 (43 ayat):
1. Un : 1,2,3,4,5 = 5
2. Ab: 6,19,21,23,27,29,30,32,36,38,39,40,41,43 = 14
3. Ad: 7,18,31,33 = 4
4. Ar: 8,16,22,24,25,35,42= 7
5. Al: 11,12,13,14,15,17= 6
6. Aq: 20,34,37, = 3
7. A’: 26 = 1
8. Ub: 28 = 1
Sajaknya diawali oleh bunyi un,kemudian didominasi oleh ab, selanjutnya ar, lalu al, ad,dan aq, dan diakhiri diakhiri enam ayat dengan ab yang masih diselingimasing-masing satu oleh aq dan ar.
Bunyi sajak Al-Qur’an seperti itupernah memperoleh nilai negatif dari sementara orientalis. Mereka mencurigai kemungkinanadanya unsur tambahan dari manusia, yang pada ujungnya nanti mereka ingin menyimpulkanbahwa Al-Qur’an itu tidak otentik.
Dengan temuan Shechtman itu sayahendak mengatakan bahwa rupanya dalam ciptaan Tuhan tidak hanya ditemukan “keteraturan”sebagai sebuah hukum, tetapi juga adanya “ketidakteraturan yang teratur”, yangbernilai matematis. Hukum itu telah dibuktikan ada dan umum diterima pada bendapisis ciptaan Tuhan. Rupanya hukum Tuhan seperti itu juga terdapat pada ciptaannyayang non-pisis, yaitu Al-Qur’an. Bahwa adanya ketidakteraturan ritme ayat-ayat Al-Qur'an mungkin akan bisa dibuktikan (dengan penelitian) bahwa itu adalah ketidakteraturan yang teratur seperti dalam kuasikristal. Temuan Shechtman itu memperkuatkebenaran Al-Qur’an dan membatalkan tuduhan sementara orientalis itu bahwaAl-Qur’an itu ciptaan Nabi Muhammad bukan wahyu Allah.
Dan selanjutnya temuan Shechtman itu menambahkeyakinan kita kepada Allah bahwa Ia adalah Zat Yang Maha Segalanya. Ia tidakhanya mampu menciptakan sesuatu tetapi juga sebaliknya dari sesuatu itu. Dandisamping itu seni mozaik Islam luar biasa, ya! Berjalanlah di muka bumi lalulihatlah keajaiban ciptaan Tuhan!

Jakarta, 10 Oktober 2011
Salman Harun