Selasa, 22 Mei 2012

LADY GAGA


LADY GAGA
Oleh
Salman Harun

Saya tidak kenal Lady Gaga. Baru kenal setelah ramai diberitakan baru-baru ini. Pokoknya orangnya gitu-gitulah. Anda mungkin lebih tahu dari saya. Penampilannya tidak dibenarkan menurut ajaran agama Islam
Yang akan saya persoalkan adalah pernyataan seorang ibu terkenal pemuka LSM, dan seorang ketua organisasi Islam kira-kira dua hari yang lalu di acara Indonesia Lawyer Club TVOne. Di antara pernyataan sang ibu kira-kira bunyinya: “Emangnya kalau Lady Gaga datang moral bangsa ini otomatis akan begitu jadi bobroknya. Itu berarti penghinaan terhadap umat Islam. Saya ini juga muslim, saya tidak akan terpengaruh apa-apa. Masa orang mau manggung di negeri kita tidak kita terima?” Dan pernyataan sang ketua itu kira-kira bahwa ada 20 juta warganya. Dia menjamin kedatangan Lady Gaga tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap moral warganya itu.
Kepada sang ibu kita ingin mengatakan bahwa moral bangsa dalam arti keseluruhan memang tidak akan rusak oleh penampilan Lady Gaga yang begitu itu. Tetapi moral seorang, dua orang, beberapa orang, mungkin beratus orang, bahkan tidak mustahil beribu orang, siapa yang bisa menjamin bahwa mereka tidak akan terpengaruh? Apakah mereka tidak perlu dilindungi?
Begitu juga kepada sang Ketua. Apa iya sang Kiyai bisa menjamin tidak akan ada seorang pun warganya yang akan terpengaruh? Kalau yang dimaksud “warga” itu adalah anggota, apakah keluarga anggota, seperti anak, keponakan, saudara dari anggota itu bisa ia jamin tidak akan terpengaruh? Saya kira sang kiyai sudah mendahului Tuhan.
Kepada keduanya ingin kita sampaikan bahwa Islam benar-benar sangat sensitif berkenaan masalah aurat. Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa sebab Adam dan Hawa diturunkan ke dunia dari surga adalah terbukanya aurat mereka karena memakan buah yang terlarang akibat rayuan setan. Setelah itu Allah memperingatkan anak cucu Adam agar hati-hati terhadap perdayaan setan itu yang akan memakai aurat itu pula sebagai senjatanya dalam menjerumuskan mereka. Untuk perlindungan terhadap setan itulah Allah menciptakan bahan pakaian. Gunanya disebutkan-Nya; li yuwari sawatikum. Banyak sekali orang salah memaknai frasa itu: “untuk menutup aurat kalian”. Pada hal tertutupnya aurat belum menyelesaikan persoalan, karena tertutupnya aurat bahkan bisa membuat aurat itu semakin “panas” misalnya karena pakainya ketat, tipis, tembus pandang, dsb.
Makna kata itu yang sebenarnya adalah “menyembunyikan aurat” (kata yang sama berarti “menguburkan” ketika burung gagak mengais-ngais tanah untuk memperlihatkan kepada Qabil bagaimana cara menguburkan jasad saudaranya, Habil, yang telah dibunuhnya) (Lihat Q.5:31). Jadi aurat itu seharusnya tersembunyi dengan pakaian, tidak malah tertonjol dengan pakaian yang ketat, tipis, atau tembus pandang itu. Bila menonjolkan aurat saja tidak dibenarkan dalam Islam, apalagi dengan mengumbarnya. Masalahnya, aurat itu punya daya tarik, siapa tahu ada magnitnya.
Di samping Allah menurunkan bahan pakaian, Allah juga menurunkan bahan-bahan perhiasan (risy) (Lihat Q.7:26). Gunanya adalah untuk keindahan. Di sinilah letak tantangan bagi perancang-perancang mode, bagaimana caranya menciptakan pakaian yang bisa menyembunyikan aurat sekaligus menarik. Dengan demikian Islam justru mendorong kreativitas. Kalau hanya dengan membangkitkan selera rendahan manusia, itu bukanlah tantangan, karena yang namanya aurat itu, ya pasti menarik. Itu adalah mode murahan.
Indonesia ini dapat diibaratkan rumah tangga kita sendiri. Bila ada orang yang mau bertamu ke rumah kita, lalu ia akan bertutur kata, bertingkah laku, dan berpakaian yang tidak kita senangi, bahkan akan mengganggu, apakah harus kita terima juga, Bu?
Ciputat, 22 Mei 2012