Kamis, 17 Februari 2011

JUMLAH PLANET DALAM SATU TATASURYA MENURUT ISYARAT AL-QUR’AN

JUMLAH PLANET DALAM SATU TATASURYA MENURUT ISYARAT AL-QUR’AN 11 BUKAN 8

Oleh

Prof. Dr. Salman Harun

UIN Jakarta

Saya pernah menulis bahwa makna “langit” (sama’) dalam Al-Qur’an adalah “alam semesta” (universe). Hal itu berdasar bahwa sama’ itu berasal dari akar kata samaa – yasmuu ‘tinggi’, ‘atas’. Jadi segala yang tinggi dan di atas kita adalah “langit”. Yang yang tertinggi dan di atas sampai yang paling jauh dalam kosmos tempat kita tinggal adalah alam semesta. Dengan demikian sama’ maksudnya adalah alam semesta itu. Sebagaimana diketahui isi satu alam semesta adalah 10 pangkat 11 galaksi, yaitu 100 milyar, satu galaksi berisi 10 pangkat 11 tatasurya (matahari dengan planet-planetnya), yaitu 100 milyar, satu tatasurya berisi 8 planet, dan satu planet memiliki 1 atau lebih satelit (bulan)

Pemahaman (bahwa sama’ adalah alam semesta) itu awalnya saya peroleh berdasarkan petunjuk bahasa itu. Tetapi sesungguhnya pemahaman itu datang kepada saya secara tiba-tiba. Saya merasakan begitu saja bahwa itulah maknanya yang paling tepat. Saya tidak bisa memastikan apakah cara pemahaman yang seperti itu yang disebut isyariy dalam ilmu tafsir. Saya pikir memang begitulah contohnya tafsir isyari itu. Sebagaimana diketahui dalam ilmu tafsir dikenal tiga pendekatan (manhaj/approach) dalam menafsir: atsariy, berlandas pada atsar yaitu ayat, hadis, atau pendapat sahabat; ra’yi, berlandas pada ratio; isyari, berlandas pada isyarat-isyarat dari Allah swt, yaitu ilham.

Begitu juga ketika menyatakan apa pengertian “tujuh” dalam frasa “tujuh langit” (sab’a samawat) dalam Al-Qur’an. “Tujuh” adalah 6+1. Bila makna itu yang dipakai berarti alam semesta itu banyaknya tujuh menurut Al-Qur’an. Itu adalah suatu kemajuan luar biasa dalam pernyataan ilmu pengetahuan, mengingat bahwa ilmu pengetahuan modern baru memastikan alam semesta itu tidak satu pada tahun-tahun terakhir ini, sedangkan Al-Qur’an sudah menyatakannya lima belas abad silam tetapi kita belum memahami pernyataan itu. Dengan kemajuan ilmu pengetahuanlah kita baru memahami pernyataan Al-Qur’an tersebut bahwa alam semesta itu lebih dari satu. Pemahaman (bahwa alam semesta tidak hanya satu) itu pun saya peroleh lebih berdasar isyari tsb.

Lalu apakah alam semesta itu memang hanya tujuh (6+1)? Dalam bahasa Arab “tujuh” itu digunakan untuk menunjuk jumlah yang banyak sekali yang tidak terbilang. Dalam bahasa kita pun dikenal makna seperti itu. Simaklah ucapan orang “Saya pusing tujuh keliling,” maksudnya bukan betul-betul tujuh keliling, tetapi pusing sekali. Juga pernyataan Anda, “Dia menimbun kekayaan sampai tujuh turunan”, maksudnya hartanya banyak sekali. Dengan “tujuh” yang tidak berarti 6+1 tetapi sangat banyak itu berarti bahwa alam semesta itu tidak satu, tidak pula hanya tujuh, tetapi tidak terbilang. Bayangkan, satu alam semesta tempat bumi yang kita diami sekarang saja belum kita ketahui dengan baik, Al-Qur’an menyatakan jumlah alam semesta itu tak terbatas. Lalu dapatkah Anda membayangkan kebesaran Nabi Muhammad saw ketika mikraj, dimana ia sampai ke ‘arasy Allah yang berada jauh di balik alam semesta-alam semesta yang tak terhitung itu, sementara Anda begitu kagum kepada seorang yang sebentar-sebentar ke New York, London, dsb, pada hal ia hanya berkeliling bumi yang dalam peta alam semesta besarnya tidak akan lebih dilukiskan sebagai sebuah titik. Anda menyebut orang itu sudah memiliki pergaulan global, lalu Nabi Muhammad Anda sebut seperti apa pengalamannya? Pemahaman (bahwa alam semesta tak terbilang dan kebesaran Nabi Muhammad) itu pun saya rasakan saya peroleh lebih berdasar isyari tsb.

Selanjutnya, Kamis 13-1-2011, saya rekaman di RRI Merdeka Barat Jakarta (FM 91.2, menyiarkan setiap hari setelah warta berita jam 5 pagi bahasan saya mengenai tafsir Al-Qur’an). Pembahasan sampai pada Surah Yusuf/12:4:

øŒÎ) tA$s% ß#ßqムÏmÎ/L{ ÏMt/r'¯»tƒ ÎoTÎ) àM÷ƒr&u ytnr& uŽ|³tã $Y6x.öqx. }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur öNåkçJ÷ƒr&u Í< šúïÏÉf»y ÇÍÈ

(Ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

Entah mengapa saya merasakan bahwa jumlah planet dalam satu tatasurya itu bukan delapan sebagaimana kesepakatan ahli-ahli Astronomi tahun yang lalu di Copenhagen, tetapi sebelas. Hal itu berdasar penglihatan Yusuf dalam mimpinya itu. Ada 11 bintang (yang lebih tepat diterjemahkan “planet”), satu matahari, dan satu bulan (dari bumi ini), yang melambangkan 11 saudaranya, ayah, dan ibunya, sujud hormat kepadanya. Mimpi Yusuf itu benar, pernyataan mengenai planet itu tentunya juga benar. Dengan demikian ayat itu mengisyaratkan bahwa jumlah planet matahari itu bukan 8, tetapi 11. Kebenaran pernyataan Al-Qur’an itu tidak mustahil mengingat bahwa kesepakatan para ahli mengenai jumlah planet matahari itu jelas masih bisa berubah, misalnya Pluto dikeluarkan dari kedudukan sebagai planet karena tidak memenuhi kriteria sebagai planet di antaranya karena ukurannya yang kecil. Kemudian berita sebuah stasiun televisi beberapa hari yang lalu bahwa NASA menemukan planet baru. Dengan demikian masih ada kemungkinan-kemungkinan ditemukannya planet baru. Dengan demikian tidak mustahil bahwa jumlah planet matahari itu adalah 11 sebagaimana isyarat Al-Qur’an yang diturunkan lima belas abad yang lalu. Ilmuwan-ilmuwan, apalagi yang Muslim, ditantang membuktikannya. Mengapa saya memperoleh kesimpulan seperti itu (bahwa jumlah planet matahari 11 berdasar pernyataan mimpi Yusuf), saya rasakan juga sebagai sebuah ilham, jadi tafsir dengan pendekatan isyari, sebuah petunjuk dari Tuhan. Semoga benar!

Tulisan ini semoga dapat memudahkan para pencari ilmu (mahasiswa) untuk menemukan contoh tafsir dengan pendekatan isyari yang dalam perkuliahan kadang-kadang cukup sulit menemukannya.