Senin, 18 Maret 2013

MUTIARA SURAH YUSUF


Tema Surah Yusuf

1. 1-3 Pendahuluan:
a.  1. Huruf potong
b. 2. Qur’an bahasa Arab
c.  3. Berikan cerita terbaik
2. 4-6 Mimpi anak:
a.  4. Mimpi itu pesan Ilahi (ibrah 1, rekayasa Tuhan 1)
b. 11 planit, mt hari, dan bulan hormat (ibrah 2),
c.  5. jangan ceritakan bisa upaya jahat (kayd), i3
d. 6. Ujian dan memilih Yusuf, mengajarkan tanda zaman spy bijak, memberi nikmat yg sempurna (bijak: memahami dan merespons) i4.
3. 7-18 Yusuf disingkirkan saudara-saudaranya
a.  7-8 Memandang ayah mendeskriminasi anak (tidak boleh iri-mengiri/bersaing tdk sehat) i5
b. Yusuf diri,
c.  9-10 diputuskan tidak dibunuh tetapi dienyahkan (i 6)
d. 11-14 tipuan terhadap ayah untuk melepas Yusuf (la ta’manna/bohong itu terlihat pada penampilan kurang wajar: monyong; main2/makan2). i 7
”nanti dimakan serigala” = ngajarin bohong. i 8
e.  15 dibawa, dilemparkan dasar sumur
f.    16-18 tipu muslihat pembunuhan (damin kazib) i 9
4. 19-22 Yusuf selamat
a.  19 diselamatkan kafilah (rekayasa: sembunyikan takut diketahui sbg penculik: waasarruhu bidha’ah ... wasyarauhu bitsaman bakhs...wa kanu min al-zahidin) i 10
b. 20 dijual dan dibeli pembesar Mesir
c.  21-22 menikmati kesenangan hidup dan diberi kenabian (akrimi matswahu … nattakhizahu waladan: jangan terlalu takut dianiaya org, kadang itu tangga sukses) i 11
5. 23-29 Rayuan ibu angkat isteri pembesar (ghallaqat al-abwab... hayta lak: org asing dalam rumah itu riskan) i 12
a.  23 Cinta dan rindu dendam ibu angkat
b. 24 ”Dunia tidak jadi terbakar” (hamma/t lawla an ra’a burhan rabbihi= godaan wanita hanya dg tangan Tuhan: rekayasa Tuhan 2) i 13
c.  25 Baju koyak (makna baju robek di belakang) i 14
d. 26-27 Pengakuan Yusuf dan kesaksian orang bijak
e.  28-29 Nasehat pembesar kepada Yusuf dan penyalahan sang isteri. i 15
6. 30-35 Gosip dan Jamuan makan yang berkesan
a.  30 Gosip melanda kota
b. 31 Penanganan gosip dengan tipuan (tempat lesehan dengan buah dan pisau: menyayat tangan) i 16
(dahsyat bila tersinggung / laki2 juga punya daya tarik bg perempuan)
c.  32 Sumpah sang isteri (ikuti atau penjara/hina) i 17
d. 33-35 Memilih penjara daripada perbuatan terkutuk
7. 36-42 Dalam penjara
a.  36 Mimpi dua teman (rekayasa Tuhan:3). i 18
b. 37 Janji akan takwilkan sebelum makanan tiba
c.  38-40 dakwah Yusuf. i 19 (jangan sia2kan kesempatan utk dakwah)
d. 41 takwilnya dan kenyatannya
e.  42 janji teman yang keluar agar ceritakan tentang dia kepada raja: lupa itu krn perbuatan syaitan (wazkur rabbaka iza nasita- wa imma yanzaghannaka - innallazina taqaw iza massahum tha’ifun min al-syaithan. i 20
8. 43-53 Mimpi raja dan kebebasan Yusuf
a.  43-44 Mimpi 7 sapi gemuk dan 7 bulir gandum dan 7 kering dimakan sapi kurus. Rekayasa Tuhan 4: i 21
b. 45-46 teman selamat teringat dan menemuinya
c.  47-49 7 th biasa dan simpan, 7 th paceklik, setelah itu makmur
d. 50 Diundang tidak datang sebelum masalah pr itu diklirkan. (jangan terima saja sblm diri dibersihkan) i 22
e.  51-53 para pr ditanya; pengakuan tulus isteri (i 23)
9. 54-57 Yusuf menjadi pejabat negara
a.  54 Yusuf dikeluarkan
b. 55 Minta jabatan (kalau mampu boleh/ bersaing dg baik) i 24
c.  56-57 Balasan dunia: jabatan; balasan akhirat lbh baik (Yusuf dapat 2nya)
10.                  58-101 Pertemuan Yusuf dengan keluarga
a.  Pertemuan I: 58-62 Pertemuan pertama: beri cukup makanan dengan permintaan agar saudaranya diikutsertakan, barang barteran dikembalikan. (bujuk dg hasil besar) i 25 (meminta banytuan itu harus dengan tanda tulus yaitu hdih smmpu kita).
b.  
c.  63-65 banggakan hasil mereka lalu Minta izin ayah bawa Benyamin, ayah ingatkan dosa lama mereka bawa Yusuf (Ya’kub tidak terpengaruh hasil besar) i 26 (tidak ada pemberian yang tulus dalam politik). I 27 Melepas Bnyamin
66 isin dengan janji
d. Pertemuan II: 67-68 nasehat masuk dari pintu2 yang berbeda: penyamaran/taktik dalam berpolitik perlu. i 28 
e.  69 beritakan Benyamin. Lobi2 perlu i 29 30: dalam pol tdk boleh lugu, 31 lempar batu sembunyi tangan. 32 Jebakan yang mmubat ngaku sendieri. 33. Rekayasa pura2 periksa. 34 tega tddk kabulkan 35 Kewluarga segala21nya. 36 rasa malu tumbuhkan,
f.    70-82 Rekayasa agar Benyamin dapat tinggal (move2 politik: masukkan literan tuduh nyuri) i25
g. 83-87 Kesedihan Ya’kub
h. 88-90: Pertemuan III: pengakuan Yusuf
i.     91 pengakuan saudara2. Pengakuan kalah (gentlement) dalam politik i26
j.     92-96 kesembuhan Ya’kub
k. 97-98 permohonan dimintai ampun
l.     99-101 boyongan ke Mesir: pengampunan lawan2 i27
11.                  102-111 Iktibar dari kisah Yusuf
a.  102-110 Kekuasaan Allah
b. 111: Iktibar kisah

Tema Surah:
Manusia penuh rekayasa dan politik dalam hidupnya, namun tujuan dan cara harus baik. Politik dan rekayasa yang tidak baik akan dihadapi Allah dengan politik dan rekayasa yang lebih canggih untuk kemenangan kebenaran.

Mutiara Surah al-Nahl


MUTIARA SURAH AL-NAHL
ADA EMPAT KATA KUNCI (PERSOALAN POKOK) isi Surah al-Nahl:
Kiamat, kuasa Allah, al-Qur’an dan Islam.
Pesannya: kiamat pasti datang tidak perlu diminta-minta; yang diperlukan adalah persiapan untuk menghadapi kiamat atau kematian itu.

Allah Mahakuasa mewujudkan kiamat/kematian itu. Buktinya: Ia mampu menciptakan alam semesta beserta segala isinya yang sekaligus merupakan nikmat bagi manusia.

Begitu juga mengenai al-Qur’an: ia bisa menciptakan dan menurunkannya kepada Nabi-Nya. Oleh karena itu jangan ragukan Kitab Suci itu, imani, dan bergabunglah ke dalam Islam supaya memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat.

Sekali lagi bergabunglah ke dalam Islam. Islam adalah agama tauhid yang berasal dari Allah, diberikan pertama kali kepada Ibrahim, diteruskan oleh nabi-nabi berikutnya terutama Nabi Musa dan Nabi Isa, dan diterima kembali Nabi Muhammad. Dasar agama itu adalah segala kuasa Allah dan nikmat-Nya, seperti segala bunga yang menjadi sumber madu lebah. Ajaklah manusia ke dalamnya, tetapi ajakan itu harus dengan bijak dan penuh kasih sayang. Bila Islam didakwahkan dengan penuh bijak dan kasih saying, maka ia akan bermanfaat luar biasa sebagaimana madu lebah.

1 : Jangan minta-minta azab dipercepat
2 – 8: kuasa Tuhan ciptakan (beri) nikmat
9 : Tujulah (carilah/dekatilah) Tuhan
10 – 16: kuasa Tuhan ciptakan (beri) nikmat
17 - 25: hanya Allah yg pantas dipertuhan
            17: Pencipta tdk sama dg yang dicipta
            18: Nikmat yang diciptakan tdk akan bisa dihitung
            19: kuasa Tuhan mngetahui yang nyata dan tersembunyi
            20-21: “tuhan-tuhan” itu tdk ada yang bisa mencipta, semuanya itu mati
            22-23: Tuhan itu Esa, yg tidak imani tanda hati bermasalah, sombong
            24-25: pengingkaran terhadap Q berdosa yang ditanggung sendiri dan yang disesatkan
26: umat-umat terdahulu dimusnahkan karena pembangkangan dan di hari kiamat diazab
27-32: suasana kiamat bagi yang iman dan yang ingkar
33-34: berimanlah sebelum azab/kiamat itu datang
35-40: helah kaum kafir bahwa Allah yang mengendaki mereka demikian, dan bantahannya rasul telah diturunkan, dan mereka telah bekerja dengan baik, mereka saja yang tidak mau menerima

Mutiara Surah al-Sajdah


MUTIARA AL-QUR’AN

Ayat 1-2: Keotentikan Al-Qur’an dari Allah swt.
Ayat 1, karena hanya Allahlah hanya yang mengetahui maknanya, mendorong manusia untuk mengikuti dan mendalami apa pesan Allah pada ayat-ayat berikutnya. Pesan itu adalah (ayat 2) bahwa Al-Qur’an itu turun bertahap yang berasal dari Tuhan yang Maha mencipta dan Maha Mengelola alam ini. Allah dengan demikian Mahakuasa, termasuk dalam menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya. Karena itu imanilah.
Ayat 3: Tuduhan terhadap Al-Qur’an dan Bantahan terhadapnya
Allah bertanya, “Apakah mereka menuduh Al-Qur’an itu diada-adakan oleh Nabi-Nya?” Tuduhan itu tidak layak sama sekali dikemukakan, karena ia kebenaran sejati “dari Tuhan-Mu, ya Muhammad,” menyapa Nabi-Nya untuk membelanya. Bukti bahwa Kitab itu kebenaran sejati, ia dijadikan bahan peringatan olehnya bagi kaumnya, bangsa Arab, yang sebelumnya belum pernah kedatangan seorang pemberi peringatan pun. Diharapkan Kitab itru dapat menjadi petunjuk bagi mereka dan dari sana menunjuki seluruh alam.
Ayat 4-9: Penguatan Bantahan dengan Mengemukakan Bukti-bukti Kekuasaan Allah
Allah yang menurunkan Al-Qur’an itu adalah Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta kosmos yang mengantarainya (ayat 4). “Langit” adalah alam semesta (universe). Sebagaimana diketahui alam semesta itu berisi 1011 (100M) galaksi, dan satu galaksi berisi 1011 tatasurya, dan 1 tatasurya berisi 8 planet, dan 1 planet memiliki 1 sampai 12 satelit (bulan). Dan alam semesta itu sendiri bukanlah hanya satu, tetapi banyak sekali (dalam Al-Qur’an disebut “tujuh” yang dapat berarti “tak terhingga”).
Selesai menciptakan, Ia duduk di singgasana-Nya. Maka mulailah Ia mengatur alam-alam itu. Kemampuan pengaturan itu begitu cepatnya dimana satu hari dilukiskan sama dengan seribu tahun dalam hitungan manusia (ayat 5). Pengaturan itu dilakukan oleh petugas-petugasnya yaitu para malaikat. Allah tahu baik yang tak terindera, seperti para malaikat itu dan kerja mereka sebagai pelaksana pengaturan, dan alam yang nyata sebagai yang diatur (ayat 6).
Bukti lain kuasa Allah adalah penciptaan segala sesuatu secara sempurna, termasuk penciptaan manusia (ayat 7). Penciptaan manusia dijelaskan secara khusus, sekali lagi untuk menunjukkan kuasa-Nya, yaitu Ia menciptakannya dari tanah mengandung air (thin). Itu adalah Adam. Selanjutnya anak cucunya diciptakan-Nya dari saripati tanah itu (sperma dan ovum) (ayat 8). Allah kemudian memberi manusia itu pendengaran, penglihatan, dan hati, yang membuatnya menjadi makhluk istimewa. Menjadi makhluk istimewa, yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah dengan kebebasan memilah dan memilih, manusia itu seharusnya bersyukur kepada-Nya sebagai Pemberi, tidak malah membangkang kepada-Nya, di antaranya dengan menuduhkan yang bukan-bukan kepada Kitab Suci-Nya itu (ayat 9).  
Ayaat 10-14: Keingkaran berikutnya dari Orang-orang kafir Makkah dan Bantahan terhadapnya
Keingkaran itu tertuju kepada hidup sesudah mati. Mereka memustahilkan kemungkinan hidupnya manusia kembali setelah hilang menjadi tanah. Pernyataan itu langsung dijawab, bahwa sebenarnya mereka sadar telah bergelimang dosa lalu ingin menghindari pertanggungjawabannya di hadapan Allah (ayat 10). Allah menegaskan bahwa siapa saja akan dicabut nyawanya oleh malaikat maut, kemudian dihidupkan kembali, lalu dihadapkan kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya (ayat 11).
Allah kemudian menyapa Nabi-Nya, Muhammad saw., untuk dirasakan lebih menyakitkan bagi orang-orang kafir, bahwa orang-orang kafir itu nanti di akhirat akan menyesal lalu menundukkan kepala dan mengakui bahwa azab yang diancamkan kepada orang kafir, dan surga bagi orang beriman, itu benar adanya. Mereka pun menyatakan iman mereka dan mohon dapat dikembalikan sebentar saja ke dunia untuk bisa berbuat baik (ayat 12). Namun Allah menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan. Kesempatan untuk beriman dan berbuat baik sudah diberikan cukup sekali di dunia. Ia bisa membuat manusia beriman semuanya, tetapi Ia tidak mau melakukan demikian, Titah-Nya adalah memberi manusia kebebasan memilah dan memilih, dan berdasarkan pilihannya itulah Allah membalasinya. Mereka yang memilih dosa pasti dijebloskan ke dalam neraka Jahannam (ayat 13). Itulah akibat tidak mengakui kehidupan akhirat itu (ayat 14).
Ayat 15-17: Keberuntungan Orang yang Beriman
Sebaliknya mereka yang beriman mengakui sepenuhnya Al-Qur’an. Begitu yakinnya mereka sehingga mereka tersungkur sujud ketika ayat-ayat dibacakan (ayat 15, sunat sujud tilawah). Mereka mengurangi tidur dan banyak salat malam (tahajjud), berdoa, dan menelaah ayat-ayatnya. Siang hari mereka giat mencari rezeki dan menolong sesama (ayat 16). Maka balasan yang akan diberikan Allah adalah sesuatu yang luar biasa yang terbayangkan saja waktu di dunia tidak pernah (ayat 17).
Ayat 18-22: Perbandingan Orang yang Beriman dan Orang yang Fasik
Mereka tidak sama (ayat 18). Yang beriman akan masuk surga, itu adalah balasan perbuatan baik mereka (ayat 19). Yang fasik (tahu kebenaran tetapi dengan tegarnya melanggarnya) akan masuk neraka, itu adalah konsekuensi logis pengingkaran mereka terhadap segala yang disampaikan kepada mereka mengenai akhirat. Begitu dahsyat azab itu sehingga mereka selalu berusaha untuk keluar. Tetapi usaha itu tidak pernah berhasil, karena setiap mereka berusaha keluar, mereka dikembalikan lagi ke dalamnya (ayat 20). begitulah dahsyatnya azab akhirat. Sebelumnya mereka sudah diperingatkan dengan berbagai siksa dunia, yang merupakan azab kecil, dengan harapan mereka sadar, tetapi mereka tidak sadar-sadar juga (21). Mereka yang menolak kebenaran ayat-ayat Allah adalah manusia-manusia pedosa terberat (ayat 22).
Ayat 23-25: Persambungan Misi Nabi Muhammad dengan Misi Nabi Musa
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad bukanlah karang-karangan beliau, tetapi adalah wahyu Allah. Ajaran yang dibawanya adalah sambungan dari ajaran yang dibawa Nabi Musa. Bila Taurat adalah bimbingan bagi Bani Israil, Al-Qur’an adalah bimbingan bagi kaum Quraisy (ayat 23). Bila sebagian Bani Israil menolak ajaran yang dibawa Nabi Musa, kaum Quraisy hendaknya jangan bersikap demikian. Bila sebagian pemuka Bani Israil menerima Taurat, seluruh pemuka Quraisy diharapkan menerima Al-Qur’an (ayat 24). Nanti di hari akhirat mereka yang iman dan mereka yang kafir pasti dipisahkan tempat mereka. Karena itu nasib malang akan dirasakan orang menolak kebenaran, dan kebahagiaan akan diperoleh orang menerima kebenaran (ayat 25).
Ayat 26-27: Jadikanlah Alam Terkembang dan Alam Rohani sebagai Guru
Peristiwa masa lampau (sejarah) hendaknya dapat menjadi pelajaran bagi manusia untuk beriman. Hal itu berbentuk kehancuran yang dialami bangsa-bangsa terdahulu yang hanya meninggaalkan nama dan puing-puing peradaban mereka yang sudah tinggi itu (ayat 26). Juga seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi manusia peristiwa-peristiwa alam, di antaranya hujan yang dapat membuat tanah yang mati menjadi subur (ayat 27). Pelajarannya adalah bahwa manusia yang sudah mati tidak mustahil bagi Allah menghidupkannya kembali, mungkin dengan meyiraminya dengan “air kehidupan”. Manusia jangan mengikuti sebagian kaum Quraisy yang berhati majal (tumpul) itu.
Ayat 28-30: Menyikapi yang Berhati Majal
Mereka yang sudah tak ada harapan lagi tidak menjadi sadar dengan pewristiwa-peristiwa sejarah dan alam itu. Mereka bahkan menantang kapan umat Islam itu menang, atau kapan kematian, atau kapan hari kiamat itu (ayat 28). Allah tidak menjawab pembangkangan mereka, tetapi menasehati agar segera beriman, karena kalau semua peristiwa itu datang, keimanan itu tidak akan diterima (ayat 29). Allah pun meminta Nabi-Nya, Muhammad saw., agar tidak menolerir pembangkangan itu. Cukuplah sudah upaya yang dilakukan, tinggallah sekarang menunggu saat yang dijanjikan dimana yang beriman akaan menerima imbalan kebaikannya dan yang kafir akan merasakan ganjaran kejahatannya (30).
Sebelum terlambat, sebagai tema pokok Surah ini, Imanilah Al-Qur’an dan laksanakanlah ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya, agar selamat baik di dunia maupun di akhirat. Semoga!

Referensi:
Ibn Katsir. Tafsir Ibn Katsir.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
Yusuf Ali, ‘Abdullah. 1993. Qur’an, Terjemahan dan Tafsirnya. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ciputat, 18 Januari 2013
Salman Harun