Minggu, 25 Desember 2011

SAFARI RAMADAN 2010 BERITA DEPLU



Mengenalkan Kehidupan Masyarakat Muslim Indonesia di Cape Town
Saturday, 18 September 2010 20:05
Memenuhi undangan Konsul Jenderal RI di Cape Town, Sugie Harijadi, Prof. Dr. H Salman Harun, dosen dan ahli Tafsir Al-Quran dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta telah berada di Cape Town sejak awal September lalu untuk mengisi program KJRI selama bulan suci Ramadhan berupa kegiatan Safari Ramadhan.
Menyadari keberadaan Komunitas Cape Malay yang mengaku memiliki keterikatan dengan negeri leluhurnya di Makasar, Sulawesi Selatan, maupun di Jawa, utamanya Kudus, Konjen RI di Cape Town, memanfaatkan kehadiran Prof. Salman Harun untuk lebih mengenalkan kehidupan masyarakat muslim di Indonesia dewasa ini kepada masyarakat muslim di Cape Town, khususnya komunitas Cape Malay. Kegiatan itu dilaksanakan usai program safari, melalui kegiatan kunjungan Prof. Harun ke berbagai madrasah, masjid dan institusi di wilayah kerja KJRI di Cape Town.
Dalam kaitan itu, Prof. Salman Harun melakukan kunjungan ke madrasah putra Arabia Islamia di wilayah Strand, provinsi Western Cape (15/9). Madrasah yang memfokuskan diri pada pendidikan hafiz dan ulama tersebut memiliki murid yang berasal dari berbagai negara, seperti Zimbabwe, Malaysia, Kanada dan Amerika Serikat.
Dalam kunjungannya, Prof. Salman Harun menyampaikan dakwah mengenai toleransi antar umat beragama dalam Islam. Dalam penjelasannya, Prof. Salman Harun memberikan contoh mengenai tolerasi umat beragama yang dipraktekkan di Indonesia.
Disampaikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dimana 85% dari 238 juta masyarakat Indonesia menganut agama Islam. Namun, hal tersebut tidak menghalangi masyarakat Indonesia untuk menghormati penganut agama lainnya, bahkan masyarakat Indonesia hidup secara harmonis satu dengan yang lainnya walaupun terdapat perbedaan agama di antara mereka. Dijelaskan bahwa salah satu perekat persaudaraan masyarakat Indonesia adalah Pancasila, yang mewajibkan masyarakat Indonesia untuk menghormati umat yang berbeda agama.
Setelah dakwah, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang disambut secara antusias oleh murid-murid madrasah yang sebagian besar menyampaikan rasa keingintahuan mereka tentang Indonesia, yang dicerminkan melalui beberapa pertanyaan, mengenai Indonesia secara umum, sejarah Islam di Indonesia, dan praktek Islam di Indonesia.
Sehari sebelumnya, Prof. Salman Harun juga telah melakukan kunjungan ke madrasah putri Fatimataz Zahra di wilayah Mitchells Plain, provinsi Western Cape.
Pada kesempatan itu, Prof. Salman Harun menyampaikan dakwah mengenai asal usul pria dan wanita serta kedudukan dan kesetaraan wanita dalam Islam. Setelah dakwah, acara dilanjutkan dengan diskusi dan sesi tanya jawab dengan peserta madrasah yang mendapat sambutan antusias (Sumber: KJRI Cape Town)




Sabtu, 26 November 2011

MINTA ANAK BERCERAI, BOLEHKAH?

MINTA ANAK BERCERAI, BOLEHKAH?

CUPLIKAN KISAH NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM

Karena hubungan antara dua isterinya tak nyaman, Nabi Ibrahim membawa isteri keduanya (Hajar) beserta puteranya (Ismail) jauh ke jantung Jazirah Arab, Makkah. Ada kisah mengenai air Zamzam itu yang begitu populer, yang telah menyebabkan adanya kehidupan di sana. Ismail pun tumbuh di sana dan dewasa.

Ismail menikah dengan seorang perempuan suku asli di sana, Jurhum. Syahdan, Nabi Ibrahim rindu sekali anaknya yang sudah begitu lama ditinggalkannya. Dia pun berangkat ke sana.

Tiba di rumah sang anak, ia tidak menemukan putranya itu. Yang dijumpainya hanya seorang perempuan, yang mengaku isteri anaknya itu. Tetapi Nabi Ibrahim dibiarkan saja oleh sang perempuan.

Di dalam Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, hal 26 disebutkan sebagai berikut:

Ibrahim, “Mana suamimu?”

“Ia sedang berburu untuk hidup kami,” jawabnya.

Kemudian ditanya lagi, dapatkah ia menjamu makanan atau minuman, dijawab bahwa ia tidak memiliki apa-apa untuk dihidangkan.

Ibrahim pergi, setelah mengatakan, “Kalau suamimu datang sampaikan salamku dan katakan kepadanya, “Ganti ambang pintumu.”

Setelah pesan ayahnya itu kemudian disampaikan kepada Ismail, ia segera menceraikan isterinya itu, dan kemudian kawin lagi dengan wanita Jurhum lainnya… Wanita ini telah menyambut Ibrahim dengan baik setelah beberapa waktu kemudian ia pernah datang. “Sekarang ambang pintu rumahmu sudah kuat,” kata Ibrahim.

Jadi, tukar ambang pintu maksudnya ceraikan isterimu. Alasan Nabi Nabi Ibrahim boleh jadi sbb.:

1. Sebagai musafir yang begitu jauh berjalan, dan sebagai seorang yang begitu tua, ia seharusnya mendapat perhatian perempuan itu. Itu adalah etika padang pasir (etika Arab), yang diambil alih oleh Islam: tamu harus dihormati. Tidak mungkin segelas air saja ia tidak punya untuk disuguhkan.

2. Dalam Islam, anak perlu berbakti kepada orang tuanya, terutama waktu tua (Q.17:23), dimana orang dalam usia itu memang memerlukan bantuan. Dalam Islam, jangankan harta benda sang anak, diri anak itu sendiri adalah milik orang tuanya, demikian Nabi menegaskan. Jadi, bagaimana mungkin sang menantu boleh kikir kepada mertuanya.

3. Dalam Islam juga ada ajaran bahwa di antara isteri dan anak-anak itu ada yang bisa menjadi musuh bagi orang tuanya, karena itu hati-hati (Q.64:14). Maksud “musuh” di sini bukan seorang yang akan membunuhnya, dsb. tetapi seorang yang bisa membuatnya terjerumus ke dalam dosa karena sayangnya kepada mereka. Betapa tidak jarang seorang isteri meminta ini, itu, dsb., yang karena sayangnya maka suami mau berbuat jahat, mencuri atau korupsi, misalnya, untuk memenuhi permintaan sang isteri. Begitu juga permintaan sang anak!

Jadi, karena tiga alasan itulah kiranya Nabi Ibrahim meminta anaknya, Ismail, bercerai. Pertama, sang menantu mungkin dinilainya sangat pelit, sehingga memberi segelas air saja ia tidak bersedia. Kedua, sang menantu tidak hormat tamu dan orang dalam kesusahan, sedangkan Nabi Ibrahim menilai bahwa perlakukan seperti itu juga akan dilakukannya terhadap dirinya bila ia masih menantunya. Dan ketiga, anak harus berbakti kepada orangtua, sedangkan Nabi Ibrahim menilai sifat sang menantu akan menulari anaknya, yang akan mengakibatkan ia tidak berbakti, lalu karena itu berdosa dan masuk neraka.

Lalu, sahkah meminta anak bercerai?

Ciputat, 22 November 2011

Prof. Dr. Salman Harun

Minggu, 09 Oktober 2011


KUASIKRISTAL
“DanielShechtman (70), ahli kristal berkewarganegaraan Israel, menjadi tertawaanrekan-rekannya saat berhasil menemukan kuasikristal, 30 tahun lalu. Kini,temuannya itu justru membalikkan teori yang ada. Susunan atom dalam kristalyang geometris tidak harus tersusun berulang-ulang secara teratur, sepertidalam mozaik Islam,” demikian tulisan KOMPAS hari Kamis 6 Oktober 2011halaman 16.
Tulisan itu mengomentari temuan PemenangHadiah Nobel Kimia 2011. Temuannya itu terjadi secara tidak sengaja pada 8 April1982, ketika ia memperoleh beasiswa untuk mengadakan penelitian pascadoktoraldari Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat. Ia mencampur aluminium denganmangan. Ia ingin mengetahui apakah ada gangguan pada struktur materi campurantsb. Setelah ia teliti ia justru melihat pola simestris yang tidak berulang. Iamenemukan sturuktur atom campuran itu memiliki 10 sudut. Ini sangat mustahil,karena selama ini dikenal (yang diakui Persatuan KristalograferInternasional-IUC), struktur atom itu empat atau enam sudut. Pengulangan polasimestris merupakan suatu keharusan agar kristal bisa terbentuk. Namun dalamkuasikristal, variasi jarak antaratomnya berkaitan dengan nilai rata-ratanya. “Polatak teratur itu mirip dengan seni mozaikIslam, seperti yang ada di istana Alhambra di Granada, Spanyol, dan MausoleumDarbi Imam di Isfaham, Iran. Mozaik itu memiliki karakter yang sama dengankuasikristal, yaitu polanya teratur, yang berarti memiliki pola matematistertentu, tetapi tidak pernah berulang,” katanya.
Ketika ia memperkenalkantemuannya itu kepada teman-temannya, is justru diketawakaan. Ia bahkan diejekdengan sebutan kuasi-ilmuwan ‘mirip ilmuwan’. Karena gigih dengan temuannya, iaakhirnya diminta mengundurkan diri tempatnya meneliti di atas. Ia kembali keIsrael. Setelah sempat ditolak, temuannya dan ketiga rekannya itu akhirnyadimuat dalam jurnal Physical Review Letters pada November 1984। Ternyata logam yang dihasilkannya lebih kuat. Logam itu sekarang digunakan untuk bahan membuat pisau bedah mata, yang tipis dan kuat.
Membaca temuan Shechtman itu sayateringat “sajak" Al-Qur’an. Ujung-ujung ayat-ayat Al-Qur’an pada umumnyaberbunyi sama. Ambillah contoh Surah al-Ra’d yang sedang saya terangkan melaluiRRI Jakarta Pro 1 FM 91,2.
Bunyi ujung ayat-ayatnya sebagaiberikut:
Sajak Surah 13 (43 ayat):
1. Un : 1,2,3,4,5 = 5
2. Ab: 6,19,21,23,27,29,30,32,36,38,39,40,41,43 = 14
3. Ad: 7,18,31,33 = 4
4. Ar: 8,16,22,24,25,35,42= 7
5. Al: 11,12,13,14,15,17= 6
6. Aq: 20,34,37, = 3
7. A’: 26 = 1
8. Ub: 28 = 1
Sajaknya diawali oleh bunyi un,kemudian didominasi oleh ab, selanjutnya ar, lalu al, ad,dan aq, dan diakhiri diakhiri enam ayat dengan ab yang masih diselingimasing-masing satu oleh aq dan ar.
Bunyi sajak Al-Qur’an seperti itupernah memperoleh nilai negatif dari sementara orientalis. Mereka mencurigai kemungkinanadanya unsur tambahan dari manusia, yang pada ujungnya nanti mereka ingin menyimpulkanbahwa Al-Qur’an itu tidak otentik.
Dengan temuan Shechtman itu sayahendak mengatakan bahwa rupanya dalam ciptaan Tuhan tidak hanya ditemukan “keteraturan”sebagai sebuah hukum, tetapi juga adanya “ketidakteraturan yang teratur”, yangbernilai matematis. Hukum itu telah dibuktikan ada dan umum diterima pada bendapisis ciptaan Tuhan. Rupanya hukum Tuhan seperti itu juga terdapat pada ciptaannyayang non-pisis, yaitu Al-Qur’an. Bahwa adanya ketidakteraturan ritme ayat-ayat Al-Qur'an mungkin akan bisa dibuktikan (dengan penelitian) bahwa itu adalah ketidakteraturan yang teratur seperti dalam kuasikristal. Temuan Shechtman itu memperkuatkebenaran Al-Qur’an dan membatalkan tuduhan sementara orientalis itu bahwaAl-Qur’an itu ciptaan Nabi Muhammad bukan wahyu Allah.
Dan selanjutnya temuan Shechtman itu menambahkeyakinan kita kepada Allah bahwa Ia adalah Zat Yang Maha Segalanya. Ia tidakhanya mampu menciptakan sesuatu tetapi juga sebaliknya dari sesuatu itu. Dandisamping itu seni mozaik Islam luar biasa, ya! Berjalanlah di muka bumi lalulihatlah keajaiban ciptaan Tuhan!

Jakarta, 10 Oktober 2011
Salman Harun

Sabtu, 16 April 2011

MoU

MoU


Saya, ketika menjabat sebagai Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah, pernah didatangi untuk mengadakan MoU oleh sebuah fakultas satu universitas di sebuah negara sahabat. Setelah MoU ditandatangani tidak ada keinginan implementasi MoU itu dari fakultas tsb. Saya tiga kali berkunjung ke fakultas tersebut, tetapi, jangankan dapat membicarakan perencanaan implementasi MoU itu, bertemu dengan dekannya saja saya tidak bisa karena selalu tidak berada di tempat, pada hal coba bayangkan betapa jauhnya saya datang. Dari bawahannya saya kemudian mendapat informasi bahwa MoU itu digunakan oleh ybs untuk penelitian naskah di Nusantara.

Kira-kira tiga tahun kemudian terkuak di sebuah media massa Ibukota adanya klaim budaya dan diboyongnya naskah-naskah Nusantara ke negara tsb. Saya teringat MoU itu. Hati saya berbisik, jangan-jangan telah diboyongnya banyak naskah Nusantara itu dan dijadikan sebagai milik mereka adalah hasil “penelitian” dengan memanfaatkan MoU tsb. Saya lalu menghubungi ybs untuk klarifikasi. Respons yang saya terima mengecewakan.

Pemboyongan peninggalan-peninggalan budaya itu terus berlanjut, sebagaimana beberapa kali diberitakan oleh surat kabar tsb. Terakhir adalah akan diresmikannya Museum Kerinci di negara tsb. dan pintarnya adalah yang diminta membawa benda-benda yang akan dipamerkan (mengisi museum) itu adalah pejabat negeri itu sendiri.

Berikut dapat Anda ikuti komunikasi saya dengan pihak fakults tsb. Maksud saya adalah agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Hendaknya perlu disadari bahwa dalam tanaman yang katanya serumpun tidak pernah terjadi adanya tanaman makan tanaman. Tetapi dalam rumpun manusia bisa terjadi “menohok kawan seiring; menggunting dalam lipatan”. Karena itu perlu berhati-hati!

Inilah komunikasi saya:

Kepada Yang Terhormat,
Saudara Professor …..


Salam,
Sudah cukup lama kita tidak bertemu bahkan menjalin kontak. Saya berharap Anda selalu dalam keadaan sehat walafiat serta sukses dalam tugas.

Saya ingin menanyakan salah satu persoalan dari 22 produk budaya Indonesia yang ditulis di KOMPAS Jakarta diklaim oleh ….. Yaitu naskah kuno dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Riau yang dibawa ke …..dan dibuat versi online.

Saya ingin menanyakan apakah yang membawa naskah-naskah itu pihak Anda dengan memanfaatkan MoU yang kita buat (antara Fakultas Pendidikan…..dan Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta). Pertanyaan itu muncul mengingat ketika saya berkunjung ke …..setelah MoU itu, Anda tidak dapat saya temui, tetapi bawahan Anda menyatakan bahwa MoU itu digunakan untuk penelitian naskah-naskah Indonesia.

Bila tidak, pertanyaan saya itu timbul tentu hanya karena sulitnya saya menjalin kontak dengan Anda setelah MoU itu. Bahkan Dekan yang menggantikan saya juga sangat sulit berhubungan dengan pihak ….. untuk implementasi MoU itu.

Bila benar, saya sangat menyesalkan hal itu. Naskah-naskah itu seharusnya dikembalikan.

Wasalam,

Professor Salman Harun
FITK UIN Jakarta

Tembusan:
- Professor

- Professor

Karena tidak ada juga jawaban, saya menghubungi Dekan sekarang Fakultas tsb.:


Kepada Yang Terhormat,
Dekan


Saya mendoakan semoga ... selalu berada dalam keadaan sehat walafiat dan sukses dalam pelaksanaan tugas.

Selanjutnya saya sampaikan bahwa saya sudah menghubungi Prof. ….. tiga kali mengenai pokok masalah yang saya sampaikan dalam surat saya kepada beliau seperti di bawah ini, tetapi beliau tidak membalas surat saya.

Saya berharap ... bisa meresponsnya.

Terima kasih atas perhatian Puan.

Wasalam,

Prof. Dr. Salman Harun
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Jakarta, Indonesia

Tembusan:
- Professor

- Professor

- Vice Chancellor
- Rektor

Jawaban Dekan

Yang Terhormat Prof Dr Salman Haron,

Terima kasih atas e-mail. Prof. ….. bercuti sabatikal sekarang ini, dan sedang melawat beberapa buah negara seperti dalam cadangan beliau. Tentu sekali sukar dihubungi. Maaf bapak Prof, saya tidak mendapat maklum tentang MOU tersebut dan juga tentang naskhah Kuno yang dimaksudkan. Mungkin Prof boleh terangkan kepada saya masalah yang sebenar. Mudah-mudah dapat saya menolong pihak Prof mengenai perkara tersebut.

Terima kasih dan salam hormat

Profesor
Dekan

Setelah dibalas oleh Dekan sekarang, ybs. (Dekan lama yang mengadakan MoU) menjawab:

Salam Pak Profesor Dr Salman Harun,

Saya tidak membalas email itu kerana ia dibangkitkan ketika isu 'tarian pendet' hangat disentimenkan hingga ada sebahagian orang awam di Indonesia marahkan orang ….. kerana 'menciplak dan mengkomersialkan' harta seni Indonesia dari hal tarian hingga hal lagu dan karya intelek dan karya kuno.

Saya tidak faham apa yang tuan maksudkan dengan naskhah kuno berkenaan. Saya tidak mengambil apa-apa naskhah kuno. Sila namakan karya-karya itu dan siapa yang telah mengambilnya dari pak profesor?

Kalau mau bicara hal MOU, maka kita bicara sahaja hal MOU berkenaan, dan kita rencana dan laksanakan penelitian/ kajian bersama antara dua fakultas. Saya bisa secara profesional melaksanakan kajian bersama dengan Profesor Salman khasnya mengenai tajuk "Instructional Leadership of School Principals and School Culture." Saya semamangnya membuat kajian ini di 8 negara Asia, termasuk Indonesia. Apa bisa pak Profesor Salaman ingin membuat penelitian bersama saya?

Sekian, salam hormat dan terima kasih

Profesor



Jawaban saya kepada ybs.:

Kepada Yang Terhormat
Profesor

Salam …..

Terima kasih atas respons Profesor. Rasanya kehangatan relasi kita kembali mengalir setelah seperti terhenti beberapa saat.

Persoalan pokok yang saya sampaikan adalah pemberitaan adanya naskah-naskah Indonesia yang dibawa ke ….. dan dibuat versi online. Saya memintakan klarifikasi dari Profesor, karena adanya informasi dari bawahan Profesor, bahwa MoU yang kita buat digunakan untuk meneliti naskah-naskah Indonesia dengan bantuan dana dari UNESCO. Bila hal itu benar, saya yakin hal itu tidak sesuai dengan maksud MoU, di samping bahwa isi MoU itu yang sebenarnya tidak dilaksanakan sampai sekarang. Dengan demikian saya tidak menuduh Profesor mengambil sendiri naskah-naskah itu, karena dibawa oleh siapa saya tidak tahu, apalagi Profesor mengambilnya dari saya, sebagaimana yang Profesor nyatakan, karena naskah-naskah itu tentu saja bukan milik saya pribadi. Begitu juga saya tidak bisa "menamakan karya-karya itu", karena justru itulah di antara yang saya tidak tahu dan saya cari jawabannya. Saya tidak bermaksud hendak berbelok dari persoalan pokok itu.

Di samping itu, bila "dibawa" itu benar, saya berpendapat bahwa hal itu melukai hati generasi sekarang, dan bila karya-karya itu terus berada di ….., akan melukai hati generasi-generasi berikutnya. Semakin lama naskah-naskah itu berada di …..akan semakin lebar dan dalam luka tersebut. Profesor tentu tahu bagaimana bila hati yang terluka. Kasus seperti itu hanya saya lihat contohnya pada apa yang telah dilakukan penjajah terhadap karya-karya intelektual Nusantara, seperti yang dapat kita temukan di museum-museum beberapa negara Barat sampai sekarang.

Di antara produk budaya yang diberitakan diklaim oleh …..adalah lagu dan rendang yang berasal dari budaya Minang. Hal itu menjadi perhatian khusus saya karena di sanalah saya dilahirkan dan dibesarkan, dan karena Profesor menyinggung masalah lain yaitu tari Pendet. Mengenai dua produk itu, saya yakin bahwa lagu Minang dan rendang dibawa ke ….. oleh perantau-perantau Minang yang kemudian menjadi warga …... Jadi akar budaya dua produk itu adalah Minang. Bisakah diterima oleh hati nurani, bila misalnya ada perantau India yang mengajarkan yoga atau perantau Jepang yang mengajarkan sumo di negara lain, mempatenkan produk itu, sehingga tidak hanya akan berakibat merusak perasaan pemilik budaya itu tetapi juga akan berdampak finansial, misalnya perlunya rumah-rumah makan Padang yang sudah ada di se antero dunia membayar royalti kepada pihak yang mempatenkan?

Begitu pulalah masalahnya dengan tari Pendet itu secara ringkas.

Demikian renspons saya, semoga dapat menemukan penyelesaian masalah yang kita bicarakan. Tentu saja saya perlu minta maaf seandainya ada pernyataan saya yang tidak pada tempatnya atau pun tidak benar.

Terima kasih atas perhatiannya.

Wasalam,

Prof. Dr. Salman Harun
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Jakarta, Indonesia

Tembusan:
- Profesor
- Profesor
- Vice Chancellor
- Rektor

Setelah surat di atas, baik ybs maupun pihak Fakultasnya tidak menjawab lagi. Capek menunggu, karena itu saya menulis:


Etika global a real professor (real English not Saudish) barangkali adalah diam.

Etika Islam:

2:9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

12:52. (Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya Aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.

8:58. Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.

3:61. la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.

40:28. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.

Keagungan itu adalah kain-Ku dan kesombongan itu adalah baju-Ku, siapa yang menandingi-Ku dalam salah satunya, Saya musuhi dia, dan Saya tidak perduli (Hadis).

Selesai, tamat!

Salman Harun

Surat itu tidak ada jawaban sampai sekarang.

Sabtu, 02 April 2011

Disertasi 1

DISERTASI

Kira-kira tiga minggu yll sy nguji disertasi di sebuah perguruan tinggi swasta. Ybs menulis tentang metode pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an. Konsep akhlak bagi ybs tidak jelas, ia hanya member contoh banyaknya hamil di luar nikah, seakan-akan hanya yang seperti itulah yang disebut akhlak. Pada hal Ibu kita ‘Aisyah menyatakan bahwa akhlak Nabi saw adalah Al-Qur’an, yang berarti akhlak itu adalah semua nilai yang terdapat di dalam Kitab itu: semua nilai itu berarti sudah tuntas dilaksanakan oleh beliau. Saya tanya apa beda akhlak dengan moral, etik (saya ingatkan adanya istilah etika Protestan), atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, juga tidak bisa jawab.

Metode pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an ybs teliti dari ayat-ayat yang berisi perintah dan larangan yang dimulai dengan seruan, “Wahai orang-orang yang beriman…” Dari ayat-ayat seperti itu ybs menyimpulkan bahwa berdasarkan Al-Qur’an, metode pendidikan akhlak terbaik adalah perintah dan larangan. Saya terkesima dengan pendapat itu.

Masalahnya adalah bahwa dalam dunia pendidikan justru perintah dan larangan itu sedapat mungkin tidak digunakan. Coba bayangkan kalau setiap adanya sesuatu yang harus dikerjakan atau tidak dikerjakan harus disampaikan dengan perintah atau larangan. Lama-lama kekuatan perintah atau larangan itu tentu akan hilang, dan akhirnya anak membangkang.

Saya sampaikan :

لسان الحال خير من لسان المقال

“Mencontohkan lebih baik daripada mengucapkan”

Juga saya sampaikan sebuah kaidah tafsir:

إيراد الإنشاء بالخبر أبلغ من إيراده بالإنشاء

“Menyatakan Insya ’(perintah atau larangan) dengan khabar(kalimat berita) lebih jitu daripada menyatakannya dengan insya’”

Ayat-ayat juga tidak dianalisis dengan baik. Misalnya apa maknanya ayat-ayat perintah atau larangan itu dimulai dengan “Wahai orang yang beriman!” Itu kiranya merupakan kunci masalah. Agaknya perintah atau larangan itu baru boleh disampaikan bila sudah begitu mendesak, berarti pilihan terakhir. Juga perlu terlihat sikap kasih sayang dari yang member perintah. Dan baru bisa diberikan bila sudah tumbuh kata hati atau keikhlasan untuk menerima di kalangan anak didik.

Ybs tidak pernah belajar ilmu pendidikan. Bila pernah sedikit saja belajar ilmu pendidikan, diyakini ybs tidak akan berkesimpulan seperti itu. Analisis tafsir juga sangat tidak memadai. Lalu ybs diberi gelar doktor dalam pendidikan Islam khususnya lagi dalam bidang tafsir.

Yang dikhawatirkan adalah kesimpulan bahwa metode terbaik pendidikan akhlak berdasarkan Al-Qur’an adalah perintah dan larangan itu salah, dan itu mengatasnamakan Al-Qur’an. Jadi Al-Qur’an berarti juga salah. Pada hal yang salah orang yang memahaminya.

Sekarang sulit menyampaikan kebenaran. Bila dinyatakan sikap terus terang seperti itu dinilai negative oleh sementara pihak, seakan-akan kritik itu ditujukan kepada dia, artinya dia berarti gagal mengelola lembaganya. Jadinya kebebasan mimbar disampaikan melalui cara ini.

Ciputat, 3 April 2011

Salman Harun

Disertasi 2

DISERTASI

Beberapa hari yll saya nguji disertasi. Ybs ingin membuktikan bahwa konsep muhsin dalam Al-Qur’an lebih dalam daripada teori hierarchy of needs-nya Maslow. Tetapi setelah bicara tentang teori Rogers dan Maslow dalam Bab II, ybs tidak pernah menyinggung lagi teori itu dalam bab-bab selanjutnya apalagi “kedekatannya” dengan term muhsin. Itu saya rasakan ibarat badan yang diberi kepala, tetapi terkesan kepala itu tidak cocok baginya. Dalam ujian ybs menyatakan bahwa analisis seperti itu tidak perlu dilakukan. Tetapi apakah iya ada pernyataan tesis boleh tidak dibuktikan dalam uraian disertasi?

Dalam tesis juga dinyatakan “antara tafsir dan psikologi humanistik dalam disertasi ini memiliki kedekatan dan kesamaan dengan upaya mewujudkan psikologi Islam yang dilakukan oleh pakar psikologi domestik seperti Jamaluddin Ancok, Hanna Djumhana Bastaman, dan Fuad Anshari”. Tetapi nama-nama itu tidak pernah disebut dalam disertasi. Ketika ini saya tanyakan, ybs menyatakan bahwa pembahasan mengenai hal itu terdapat dalam Pendahuluan. Tetapi saya juga tidak menemukannya. Alhamdulillah ybs lulus dengan predikat “sangat terpuji” (kumloud). Pecundangkah saya?

Ciputat, 3 April 2011

Salman Harun

Kamis, 17 Februari 2011

JUMLAH PLANET DALAM SATU TATASURYA MENURUT ISYARAT AL-QUR’AN

JUMLAH PLANET DALAM SATU TATASURYA MENURUT ISYARAT AL-QUR’AN 11 BUKAN 8

Oleh

Prof. Dr. Salman Harun

UIN Jakarta

Saya pernah menulis bahwa makna “langit” (sama’) dalam Al-Qur’an adalah “alam semesta” (universe). Hal itu berdasar bahwa sama’ itu berasal dari akar kata samaa – yasmuu ‘tinggi’, ‘atas’. Jadi segala yang tinggi dan di atas kita adalah “langit”. Yang yang tertinggi dan di atas sampai yang paling jauh dalam kosmos tempat kita tinggal adalah alam semesta. Dengan demikian sama’ maksudnya adalah alam semesta itu. Sebagaimana diketahui isi satu alam semesta adalah 10 pangkat 11 galaksi, yaitu 100 milyar, satu galaksi berisi 10 pangkat 11 tatasurya (matahari dengan planet-planetnya), yaitu 100 milyar, satu tatasurya berisi 8 planet, dan satu planet memiliki 1 atau lebih satelit (bulan)

Pemahaman (bahwa sama’ adalah alam semesta) itu awalnya saya peroleh berdasarkan petunjuk bahasa itu. Tetapi sesungguhnya pemahaman itu datang kepada saya secara tiba-tiba. Saya merasakan begitu saja bahwa itulah maknanya yang paling tepat. Saya tidak bisa memastikan apakah cara pemahaman yang seperti itu yang disebut isyariy dalam ilmu tafsir. Saya pikir memang begitulah contohnya tafsir isyari itu. Sebagaimana diketahui dalam ilmu tafsir dikenal tiga pendekatan (manhaj/approach) dalam menafsir: atsariy, berlandas pada atsar yaitu ayat, hadis, atau pendapat sahabat; ra’yi, berlandas pada ratio; isyari, berlandas pada isyarat-isyarat dari Allah swt, yaitu ilham.

Begitu juga ketika menyatakan apa pengertian “tujuh” dalam frasa “tujuh langit” (sab’a samawat) dalam Al-Qur’an. “Tujuh” adalah 6+1. Bila makna itu yang dipakai berarti alam semesta itu banyaknya tujuh menurut Al-Qur’an. Itu adalah suatu kemajuan luar biasa dalam pernyataan ilmu pengetahuan, mengingat bahwa ilmu pengetahuan modern baru memastikan alam semesta itu tidak satu pada tahun-tahun terakhir ini, sedangkan Al-Qur’an sudah menyatakannya lima belas abad silam tetapi kita belum memahami pernyataan itu. Dengan kemajuan ilmu pengetahuanlah kita baru memahami pernyataan Al-Qur’an tersebut bahwa alam semesta itu lebih dari satu. Pemahaman (bahwa alam semesta tidak hanya satu) itu pun saya peroleh lebih berdasar isyari tsb.

Lalu apakah alam semesta itu memang hanya tujuh (6+1)? Dalam bahasa Arab “tujuh” itu digunakan untuk menunjuk jumlah yang banyak sekali yang tidak terbilang. Dalam bahasa kita pun dikenal makna seperti itu. Simaklah ucapan orang “Saya pusing tujuh keliling,” maksudnya bukan betul-betul tujuh keliling, tetapi pusing sekali. Juga pernyataan Anda, “Dia menimbun kekayaan sampai tujuh turunan”, maksudnya hartanya banyak sekali. Dengan “tujuh” yang tidak berarti 6+1 tetapi sangat banyak itu berarti bahwa alam semesta itu tidak satu, tidak pula hanya tujuh, tetapi tidak terbilang. Bayangkan, satu alam semesta tempat bumi yang kita diami sekarang saja belum kita ketahui dengan baik, Al-Qur’an menyatakan jumlah alam semesta itu tak terbatas. Lalu dapatkah Anda membayangkan kebesaran Nabi Muhammad saw ketika mikraj, dimana ia sampai ke ‘arasy Allah yang berada jauh di balik alam semesta-alam semesta yang tak terhitung itu, sementara Anda begitu kagum kepada seorang yang sebentar-sebentar ke New York, London, dsb, pada hal ia hanya berkeliling bumi yang dalam peta alam semesta besarnya tidak akan lebih dilukiskan sebagai sebuah titik. Anda menyebut orang itu sudah memiliki pergaulan global, lalu Nabi Muhammad Anda sebut seperti apa pengalamannya? Pemahaman (bahwa alam semesta tak terbilang dan kebesaran Nabi Muhammad) itu pun saya rasakan saya peroleh lebih berdasar isyari tsb.

Selanjutnya, Kamis 13-1-2011, saya rekaman di RRI Merdeka Barat Jakarta (FM 91.2, menyiarkan setiap hari setelah warta berita jam 5 pagi bahasan saya mengenai tafsir Al-Qur’an). Pembahasan sampai pada Surah Yusuf/12:4:

øŒÎ) tA$s% ß#ßqムÏmÎ/L{ ÏMt/r'¯»tƒ ÎoTÎ) àM÷ƒr&u ytnr& uŽ|³tã $Y6x.öqx. }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur öNåkçJ÷ƒr&u Í< šúïÏÉf»y ÇÍÈ

(Ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

Entah mengapa saya merasakan bahwa jumlah planet dalam satu tatasurya itu bukan delapan sebagaimana kesepakatan ahli-ahli Astronomi tahun yang lalu di Copenhagen, tetapi sebelas. Hal itu berdasar penglihatan Yusuf dalam mimpinya itu. Ada 11 bintang (yang lebih tepat diterjemahkan “planet”), satu matahari, dan satu bulan (dari bumi ini), yang melambangkan 11 saudaranya, ayah, dan ibunya, sujud hormat kepadanya. Mimpi Yusuf itu benar, pernyataan mengenai planet itu tentunya juga benar. Dengan demikian ayat itu mengisyaratkan bahwa jumlah planet matahari itu bukan 8, tetapi 11. Kebenaran pernyataan Al-Qur’an itu tidak mustahil mengingat bahwa kesepakatan para ahli mengenai jumlah planet matahari itu jelas masih bisa berubah, misalnya Pluto dikeluarkan dari kedudukan sebagai planet karena tidak memenuhi kriteria sebagai planet di antaranya karena ukurannya yang kecil. Kemudian berita sebuah stasiun televisi beberapa hari yang lalu bahwa NASA menemukan planet baru. Dengan demikian masih ada kemungkinan-kemungkinan ditemukannya planet baru. Dengan demikian tidak mustahil bahwa jumlah planet matahari itu adalah 11 sebagaimana isyarat Al-Qur’an yang diturunkan lima belas abad yang lalu. Ilmuwan-ilmuwan, apalagi yang Muslim, ditantang membuktikannya. Mengapa saya memperoleh kesimpulan seperti itu (bahwa jumlah planet matahari 11 berdasar pernyataan mimpi Yusuf), saya rasakan juga sebagai sebuah ilham, jadi tafsir dengan pendekatan isyari, sebuah petunjuk dari Tuhan. Semoga benar!

Tulisan ini semoga dapat memudahkan para pencari ilmu (mahasiswa) untuk menemukan contoh tafsir dengan pendekatan isyari yang dalam perkuliahan kadang-kadang cukup sulit menemukannya.