SURAH
AL-NISA’:
SURAH
PEMERSATU
Akhir
Surah al-Fatihah menginformasikan adanya tiga golongan manusia: mereka yang
Allah beri nikmat-Nya, mereka yang Ia murkai, dan mereka yang sesat.
“Mereka
yang Ia beri nikmat” adalah mereka yang beriman, yaitu mengikuti Nabi Muhammad
saw, dan mereka selalu disinggung dalam semua surah.
“Mereka
yang dimurkai” adalah mereka diceritakan dalam peristiwa “sapi betina” yang menjadi
latar belakang dinamainya surah itu Surah al-Baqarah. Ya, ada orang terbunuh. Untuk
mengetahui siapa pembunuhnya, orang itu perlu dihidupkan sebentar untuk
menceritakan peristiwa. Nabi Musa a.s meminta Bani Israil untuk mencari seekor
sapi betina. Bani Israil enggan, lalu bertanya bagaimana status sapi itu apakah
sudah pernah campur ataukah masih perawan, apa warnanya, bagaimana kondisinya
apakah pernah dipekerjakan atau belum, dsb. Hal itu menandakan bahwa Bani Israil
itu bersifat pembantah dan banyak helah. Begitu pulalah sikap mereka terhadap
Nabi Muhammad saw.
“Mereka yang sesat” dapat dipahami dari dinamakannya surah ketiga Surah Al ‘Imran. ‘Imran bernazar jika anaknya laki-laki, akan ia persembahkan untuk mengabdikan diri pada rumah ibadah. Ternyata yang lahir perempuan, ia beri nama Maryam. Rupanya, sekalipun tidak mengabulkan doanya untuk diberi anak laki-laki, Allah sudah mempunyai skenario besar, yaitu lahirnya seorang Rasul besar dari rahimnya, tanpa ayah. Kaum Nasrani memandang, karena lahirnya tanpa ayah itu, bahwa ia adalah putra Tuhan. Nabi Muhammad saw datang menjelaskan bahwa ia bukan putra Tuhan, Tuhan itu tidak mungkin punya isteri atau putra, dan peristiwa itu hanyalah untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu Mahakuasa. Bagaimana pun Nabi Muhammad saw menjelaskannya, sehingga diterangkan ibu dan kakek-neneknya, bahkan pengasuh (Nabi Zakariya) dan teman sebayanya (Yahya), mereka tetap bergeming mengatakan bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan.
“Mereka yang sesat” dapat dipahami dari dinamakannya surah ketiga Surah Al ‘Imran. ‘Imran bernazar jika anaknya laki-laki, akan ia persembahkan untuk mengabdikan diri pada rumah ibadah. Ternyata yang lahir perempuan, ia beri nama Maryam. Rupanya, sekalipun tidak mengabulkan doanya untuk diberi anak laki-laki, Allah sudah mempunyai skenario besar, yaitu lahirnya seorang Rasul besar dari rahimnya, tanpa ayah. Kaum Nasrani memandang, karena lahirnya tanpa ayah itu, bahwa ia adalah putra Tuhan. Nabi Muhammad saw datang menjelaskan bahwa ia bukan putra Tuhan, Tuhan itu tidak mungkin punya isteri atau putra, dan peristiwa itu hanyalah untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu Mahakuasa. Bagaimana pun Nabi Muhammad saw menjelaskannya, sehingga diterangkan ibu dan kakek-neneknya, bahkan pengasuh (Nabi Zakariya) dan teman sebayanya (Yahya), mereka tetap bergeming mengatakan bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan.
Dua
peristiwa itulah yang menjadi akar konflik di dunia sampai sekarang: adanya
sikap tidak mau percaya dan banyak helah sehingga karena itu dimurkai (al-maghdhub)
serta kesalahpahaman (al-dhallin). Kedua sikap itu kemudian menjadi
aliran: Yahudi dan Nasrani, yang meneruskan konflik itu menentang seruan Nabi
Muhammad saw. Untuk menetralisir konflik itulah kiranya Allah menurunkan Surah
al-Nisa’. Nisa’ artinya ‘perempuan, ia punya rahim. Allah mengingatkan
manusia bahwa mereka datang dari rahim yang satu, yaitu Hawa, dan dari ayah
yang satu yaitu Adam (Salman Harun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar