Minggu, 25 Desember 2011

SAFARI RAMADAN CAPE TOWN 2010 (2)

Kehadiran Cendikiawan Muslim Indonesia Melengkapi Diskusi Lintas Agama di Cape Town

Selasa, 28 September 2010

Kehadiran Cendikiawan Muslim Indonesia Melengkapi Diskusi Lintas Agama di Cape Town
Prof. Dr. H. Salman Harun Ahmad, Guru Besar ilmu tafsir dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, melalui KJRI di Cape Town, menerima undangan untuk berdiskusi mengenai interfaith relations dengan para pemuka agama baik yang berasal dari Cape Town maupun pemuka agama dari Amerika Serikat (AS) yang sedang bertugas di Cape Town. Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Cape Town secara khusus menyelenggarakan kegiatan diskusi informal ini untuk Prof. Salman Harun, setelah mengetahui bahwa beliau terlibat dalam interfaith/multifaith inisiatif di Indonesia.

Ketertarikan Konsulat Jenderal AS tersebut dimulai pada acara Open House Wisma Indonesia dalam rangka Idul Fitri, pada Jum’at 10 September 2010. Dalam acara tersebut, Konsul Jenderal AS di Cape Town DR. Alberta Mayberry berkesempatan berbincang-bincang dengan Prof. Salman Harun; salah satu topik yang dibahas adalah mengenai toleransi umat beragama di Indonesia.

Akhirnya, pada Minggu, 19 September 2010, Konsul Jenderal AS menyelenggarakan acara diskusi informal yang selain mengundang Prof. Salman Harun, sebagai perwakilan agama Islam, juga mengundang pemuka agama lainnya seperti Protestan dan Hindu. Dalam bincang-bincang tersebut, ditanyakan mengenai toleransi umat beragama di Indonesia serta keterlibatan Prof. Salman Harun dalam inisiatif multifaith. Disampaikan oleh Prof. Salman, bahwa pemerintah Indonesia mengakui keberadaan enam agama yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu serta kepercayaan terhadap Tuhan YME. Indonesia yang terdiri atas beragam suku dan agama merupakan negara yang sangat dinamis sehingga percikan-percikan pertentangan antar agama beberapa kali menjadi berita, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun, pada umumnya masyarakat Indonesia hidup secara damai dan harmonis, berdampingan satu dengan yang lainnya.

Dalam diskusi, Prof. Salman Harun juga menjelaskan bahwa dalam Islam kekerasan itu tidak dianjurkan. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, peperangan baru dilakukan jika menerima serangan dari musuh dan jika tidak ada jalan keluar yang lain.

Lebih lanjut dalam diskusi tersebut dibahas juga mengenai upaya-upaya harmonisasi antar umat beragama di berbagai negara seperti di Afrika Selatan dan di Amerika Serikat.

Dalam kaitan itu disampaikan bahwa, agar dunia dapat menjadi tempat yang damai, hendaknya para penganut agama yang berlainan harus berusaha untuk menghilangkan prasangka, berupaya mengenal satu dengan yang lainnya; karena jika mereka tidak saling mengenal satu sama lain, niscaya prasangka akan terus muncul dan hal tersebut merupakan bibit dari perpecahan. Agar dapat mengenal penganut agama yang berlainan, setiap manusia harus berusaha untuk lebih terbuka menerima pandangan yang berbeda dan untuk itu upaya diskusi atau dialog harus semakin sering digalakan. (Sumber : KJRI Cape Town)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar