Selasa, 13 Januari 2009

Tafsir 2:2c Al-Qur'an Mewujudkan Manusia Baik

4. AL-QUR’AN MENJAMIN TERWUJUDNYA MANUSIA BAIK

“Hidayah bagi orang-orang takwa,” (2:2c).
Hidayah adalah pedoman dan jalan kehidupan (way of life). Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan yaitu memfungsikan Kitab itu sebagai penuntun kehidupan. Kitab itu didalami, kemudian diimani, lalu dijadikan landasan segala tindakan, artinya berfungsi sebagai kompas bagi kehidupan. Dalam hal ini manusia mampu melakukannya, apalagi nabi, yaitu menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia, artinya menerangkan dengan sebaik-baiknya maksud Al-Qur’an.
Al-Qur’an sebagai jalan kehidupan adalah menjalankan segala ajaran dalam Kitab itu. Dalam hal ini Allah menegaskan bahwa hanya Dia yang mampu memasukkan iman itu ke dalam hati manusia dan menggerakkannya untuk melaksanakannya.
Salah satu bentuk hidayah Allah kepada manusia adalah diberi-Nya mereka indera serta pikiran dan hati sanubari (16:78), dengan semuanya itu manusia mampu menemukan kebenaran untuk memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat.
Indera dan pikiran serta hati sanubari itu perlu difungsikan untuk mendalami ayat-ayat-Nya yang tersirat yaitu alam semesta ini, dari yang sekecil-kecilnya seperti virus dan atom sampai yang sebesar-besarnya seperti planit dan kosmos, bahkan diri manusia itu sendiri. Semua ciptaan Allah itu kokoh strukturnya dan sifat-sifatnya, dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Manusia, jangankan untuk menciptakan semuanya itu, menciptakan sebutir pasir saja dari tiada ia tidak mampu. Yang dilakukannya “hanya” merekayasa ciptaan Allah itu. Oleh karena itu pemungsian indera dan pikiran serta hati sanubari terhadap ciptaan Allah itu seharusnya membawa kepada iman.
Di samping ayat Allah yang tersirat, terdapat ayat-ayat-Nya yang tersurat, yaitu wahyu-Nya yang terhimpun dalam kitab suci. Indera dan pikiran serta hati sanubari juga perlu dihadapkan kepada wahyu itu. Wahyu itu juga kokoh struktur dan sifat-sifatnya, bahkan lebih kokoh lagi dari struktus dan sifat-sifat alam semesta ini (59:21). Dengan mempelajari Al-Qur’an yang kokoh dan mutlak benar itu, manusia seharusnya beriman.
Allah telah memberi manusia indera dan pikiran serta hati sanubari yang mampu menemukan kebenaran, tetapi Allah masih menurunkan wahyu-Nya Tidak percayakah Tuhan kepada manusia?
Bukan tidak percaya! Tetapi karena manusia terdiri atas tubuh dan roh. Tubuh karena diciptakan dari tanah selalu menarik manusia ke bawah, kepada dosa. Roh, karena berasal dari-Nya yang berada di “atas”, selalu menarik kepada keluhuran. Tergantung manusia apakah ia akan mengikuti ajakan tanah atau ajakan roh (18:29). Allah menghendaki agar manusia meyeimbangkan antara keduanya (91:8).
Namun tidak semua orang memiliki indera yang sensitif, pikiran yang tajam, dan hatisanubari yang murni untuk mengambil pelajaran dari dunia empiris. Yang sering terjadi justru bahwa informasi dari indera, analisis pikiran, dan pertimbangan hati sanubari kalah oleh godaan nafsu. Hal itu karena “turun ke bawah”, mengikuti nafsu, lebih mudah, karena tidak memerlukan energi, sedangkan “naik ke atas”, kepada keluhuran, memerlukan energi yang besar. Untuk itulah Allah menurunkan hidayah berupa wahyu
Hidayah itu diperuntukkan bagi yang takwa. Orang yang takwa adalah orang yang terbimbing oleh imannya. Mengapakah Al-Qur’an hanya diperuntukkan bagi yang takwa? Karena wahyu itu seperti kompas, hanya orang yang tahu dan percaya kompas itu yang mau menggunakannya. Yang tidak percaya mengabaikannya, tetapi itu disayangkan karena lautan kehidupan begitu luasnya dan ombaknya begitu ganasnya. Dengan demikian hidayah itu tidak ditunggu, tetapi dicari, diterima, dan dijalankan. (Prof. Dr. H. Salman Harun, UIN Jakarta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar