Rabu, 14 Januari 2009

Tafsir 2:2b AL-QUR’AN MENCIPTAKAN GENERASI UNGGUL

3. AL-QUR’AN MENCIPTAKAN GENERASI UNGGUL

“Tidak ada keraguan padanya,” (2:2b).
Al-Qur’an tidak diragukan dari segi apa pun. Pertama, dari segi sumbernya, yaitu Allah swt. Siapakah yang meragukan Allah? Ia ada, tetapi tidak terindera. Ia Mahabenar sehingga disebut al-Haqq ‘Yang Mahabenar’ baik Zat-nya, sifat-Nya, maupun ucapan-Nya.
Semua firman Allah terhimpun dalam Lauh Mahfuz ‘Lempeng yang Terjaga’. Semua firman Allah masuk ke dalam Lempeng itu. Volume Lempeng itu dilukiskan Al-Qur’an, “Bila lautan dijadikan tinta dan semua pohon dijadikan pena, maka sudah habis semua lautan itu lalu ditambah dengan lautan sebanyak itu lagi, maka firman Allah belum akan habis dituliskan,” (18:109). Al-Qur’an cukup dengan satu botol tinta dituliskan. Dengan demikian Al-Qur’an hanya sebagian kecil firman Allah tsb.
Firman Allah terjaga di Lauh Mahfuz karena dilindungi oleh sistem pengamanan yang ketat. Dalam Al-Qur’an sistem pengamanan itu dilukiskan, bahwa bila ada di antara syaitan yang mendekati “gudang” itu, untuk menyabotasenya, maka ia akan ditembak dengan panah-panah api (72:27), sehingga ia tidak akan dapat mengganggunya.
Kedua, Al-Qur’an tidak diragukan dari segi pembawanya dari Lauh Mahfuz kepada Rasul Allah, yaitu Jibril. Malaikat ini diberi predikat, al-Ruh al-Amin ‘Ruh yang Sangat Terpercaya’ (26:193). Berarti ia jujur sejujur-jujurnya, sehingga apa saja firman Allah yang diperintahkan-Nya untuk disampaikan, disampaikannya tanpa mengorupsinya sedikit pun.
Jibril juga dinamakan Syadid al-Quwa ‘Yang Dahsyat Kekuatannya’. Bila ada syaitan yang ingin menyabotase firman itu, hal itu tidak akan terjadi, karena Jibril itu begitu perkasanya. Ia adalah penghulu para malaikat, dan segala malaikat takut kepadanya. Karena itu wahyu pasti sampai kepada seorang rasul dengan aman.
Ketiga, dari segi penerimanya, yaitu Nabi Muhammad saw. Masyarakat sudah mengenal siapa sukunya, nenek moyangnya, dan orang tuanya. Bagaimana akhlaknya semenjak kecil juga sudah dikenal mereka, sehingga mereka menggelarinya al-Amin ‘Yang Amat Jujur’.
Keempat, dari segi pelestariannya. Sebagaimana sudah disinggung, Al-Qur’an masuk ke dalam hati sanubari Nabi. Nabi membacakannya kepada para sahabat, lalu mereka hafalkan dan tuliskan. Pada zaman Abu Bakar Siddiq, Al-Qur’an dihimpun dalam satu mushaf, dasarnya hafalan dan tulisan itu. Pada zaman Usman bin Affan, Al-Qur’an disalin beberapa buah dan dikirim ke daerah-daerah Islam. Al-Qur’an kemudian disalin dan disalin lagi sehingga tersebar luas, apalagi setelah mesin cetak ditemukan.
Dan kelima, dari segi isinya. Al-Qur’an mengandung ajaran-ajaran pokok mengenai seluruh segi kehidupan manusia: mental, ekonomi, politik, sosial, budaya, dll. Ajaran-ajaran itu berisi tuntunan bagi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan umat manusia. Dan ajaran-ajaran itu cocok diterapkan pada segala tempat dan waktu, serta menjamin kebahagiaan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.
Al-Qur’an tidak diragukan, ia kukuh dari segala seginya. Penganut yang mengi-mani dan menjalankan ajarannya seharusnya juga kukuh dan tidak diragukan kepribadi-annya. Penganutnya seharusnya menjadi generasi unggul dari generasi ke generasi. Bila tidak tercipta penganut seperti itu, tanda bahwa penganut belum melaksanakan ajaran Kitab itu dengan sebenar-benarnya. (Prof. Dr. H. Salman Harun, UIN Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar