Selasa, 06 Januari 2009

PERINTAH BERPERANG KEPADA NABI SAW.

PERINTAH BERPERANG KEPADA NABI SAW.
(Tafsir Surah al-Nisa’/4:84-87)
(Bahan ceramah di PSQ Ciputat}

Prof. Dr. H. Salman Harun


Ayat 84:
Maka berperanglah engkau pada jalan Allah, tidaklah engkau dibebani melainkan dengan kewajibanmu sendiri.

Perlu terlebih dahulu digarisbawahi bahwa perang dalam Islam seluruhnya dalam rangka membela diri (defensif) (S. 2:190). Berperang melawan musuh sesungguhnya tugas seorang pemimpin, bila perlu ia sendiri menghadapinya. Dengan demikian seorang pemimpin harus seorang yang kuat dan berani.

Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang).
Supaya ia tidak berperang sendiri dan supaya kemenangan dapat dicapai, seorang pemimpin harus mampu menggerakkan masyarakat.

Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).
Berdasarkan kemampuan seorang pemimpin dan partisipasi masyarakat itulah Allah memberikan kemenangan, yang menunjukkan bahwa kedua faktor itu sangat menentukan.

Ayat 85:
Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya.
Syafaat adalah upaya memediasi untuk membantu mencarikan jalan keluar bagi orang yang dalam kesulitan agar orang itu dapat melaksanakan kewajibannya atau terlepas dari bahaya.
Mediasi dalam kasus ini adalah mencarikan jalan keluar bagi orang-orang yang tidak memiliki biaya yang cukup untuk ikut perang, dengan menghubungi orang-orang yang memiliki kemampuan. Dalam hal seperti itu, baik yang membantu maupun yang menjadi mediator memperoleh pahala. Jadi, di sini peran mediator, negosiator, dan pendukung di garis belakang sangat dihargai.

Dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul ganjarannya.
Sebaliknya, seorang yang menjadi mediator untuk melemahkan pasukan Islam mendapat ganjaran dosa. Kasusnya dalam ayat ini adalah orang-orang yang menjadi perantara dari orang-orang yang ingin tidak ikut perang (Badar), agar Nabi saw mengizinkan mereka. Mediasi seperti itu berdosa.

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah Maha Penjaga dan Maha Pemelihara segala sesuatu, yaitu menjamin diterimanya imbalan oleh orang yang berbuat baik, dan diterimanya ganjaran oleh yang berbuat jahat.

Ayat 86:
Apabila kalian dihormati dengan suatu penghormatan, maka hormatilah dengan (penghormatan) yang lebih baik, atau kembalikan (dengan yang serupa)

Arti harfiyah hayya adalah ”memberi kehidupan”. Maksudnya memberi penghormatan, karena penghormatan itu seakan-akan memberikan kehidupan bagi yang menerimanya. Penghormatan itu dalam konteks ayat ini adalah mengucapkan salam, assalamu'alaikum. Salam adalah doa keselamatan tidak hanya untuk hidup di dunia tetapi juga untuk di akhirat. Dengan demikian ucapan salam tak ternilai harganya, karena itulah perlu dibalas dengan yang lebih baik, yaitu assalamu ’alaikum warahmatullah (wa barakatuhu).
Jadi, dalam peperangan yang kalah perlu dihormati, dan orang yang telah mengucapkan salam tidak boleh diperangi (4:94), karena itu adalah tanda penyerahannya dan ketundukannya.

Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
Allah Maha Penghitung: cepat dan akurat, dan membalasinya dengan tepat, cepat, dan akurat pula.

Ayat 87:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Allah Yang maha penghitung itu adalah Allah yang Maha segala-galanya, yang mengetahui apa pun perbuatan manusia dan hanya Ia yang mampu membalasi dan mengganjarnya. Karena itulah hanya Ia yang patut dipertuhan dan dipatuhi perintah dan larangan-Nya,

Sesungguhnya dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya.
Allah akan menghimpun manusia nanti di akhir usia dunia dan mulainya kehidupan akhirat. Peristiwa itu pasti karena Allah Mahakuasa dan tidak bohong. Manusia perlu mempersiapkan dirinya dengan mematuhi perintah-Nya semasa hidup di dunia, di antaranya dengan melawan musuh yang menyerang, menghormati yang setia, dan memberi sanksi yang tidak setia.

Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?
Pengetahuan manusia terbatas karena itu ucapan manusia terbatas pula kebenarannya. Allah pengetahuan-Nya melampaui ruang dan waktu, karena itu kebenaran firman-Nya melampaui ruang dan waktu itu. Oleh karena itu patuhilah semua perintah-Nya dan larangan-Nya, jangan ragukan adanya Hari Akhirat, dan siapkanlah diri menghadapinya di antaranya dengan kesiapan membela diri dalam menghadapi penyerang.

Kesimpulan:
Di antara etika peperangan:
1. Pemimpin bertanggung jawab atas kekalahan atau kemenangan
2. Yang dipimpin harus menjawab seruan pemimpin dan mematuhinya
3. Pasukan itu tidak hanya yang berada di garis depan, tetapi juga ”pasukan belakang”, yang terdiri tenaga-tenaga ahli, politikus, negosiator, mediator, dsb.
4. Yang menang tidak boleh semena-mena tetapi menghormati yang kalah
5. Kematian adalah gerbang kehidupan baru yang abadi di akhirat. Manusia harus berjuang dalam hidupnya di dunia, buah perjuangannya itulah yang akan diterimanya nanti di akhirat.

Ciputat, 3 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar