Jumat, 23 Januari 2009

Tafsir 2:3b: CIRI KEDUA ORANG TAKWA: SALAT, YANG MENJAMIN MANUSIA MENJADI BAIK

CIRI KEDUA ORANG TAKWA: SALAT, YANG MENJAMIN MANUSIA MENJADI BAIK

“Dan mendirikan salat,” (2:3b).
Mendirikan salat adalah ciri kedua orang yang takwa. “Mendirikan” sesuatu adalah menegakkannya sekukuh-kukuhnya sehingga tidak goyah sedikit pun. Mendirikan salat maksudnya melaksanakannya sesempurna-sempurnanya. Itu sudah dimulai dari wuduk, dan meliputi tatacaranya, bacaannya, sikapnya, waktunya, dsb.
Wuduk dimulai dengan mensucikan diri dari kotoran, terutama dua tempat keluar kotoran itu. Selanjutnya berniat bahwa kita berwuduk itu semata-mata untuk membersihkan diri kita, mensucikannya dari dosa, dan guna mendekatkan diri kepada Allah, serta untuk mematuhi perintah-Nya. Kita cuci tangan kita, kita berkumur-kumur, kita basuh muka kita dan kedua tangan kita, lalu kita seka kepala kita dan kedua telinga kita, terakhir kita basuh kedua kaki kita. Semuanya kita lakukan sesempurna mungkin. Artinya, jangan sampai ada di antara anggota tubuh itu yang tidak terkena air wuduk dengan merata. Dan kita mengerjakannya beserta niat semoga segala dosa yang mungkin telah dikerjakan oleh anggota-anggota tubuh kita itu diampuni-Nya. Berwuduk seperti itulah yang dinyatakan Nabi saw. bahwa dosa-dosa pelakunya keluar dari bawah kuku jari-jarinya.
Kemudian kita berdiri menghadap-Nya. Bagaimanakah perasaan kita pada waktu itu? Di depan siapakah kita? Mungkinkah perasaan kita biasa-biasa saja, mengingat yang kita hadapi adalah pencipta, pemelihara, dan penentu nasib kita? Kita pasang niat kita mengerjakan salat itu, yaitu menyembah-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Kemudian kita akui keagungan-Nya dengan mengikrarkan, Allahu Akbar ‘Allah Mahabesar’.
Semua perbuatan dalam salat itu kita kerjakan sesempurna mungkin. Kita berdiri takzim, tanda kita mengagungkan-Nya. Kita rukuk dengan tulus, tanda kita tunduk sepenuhnya kepada-Nya. Kita sujud dengan dalam, tanda kita bersumpah bahwa kita akan setia menjalankan perintah-Nya. Kita “duduk hormat” pertama antara dua sujud dengan sikap sempurna untuk bermohon kepada-Nya. Kita ulangi perbuatan itu sebanyak dua, tiga, atau empat kali sesuai rakaat salatnya. Kemudian kita akhiri salat kita dengan “duduk hormat” kedua, sambil menyampaikan pujian kepada-Nya, salam dan hormat kita kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, dan doa kita kepada kaum muslimin.
Semua bacaan di dalamnya kita pahami dan hayati. Kita ikrarkan bahwa salat, pengorbanan, hidup, dan mati kita hanya demi Dia. Kita puji Dia sampai puncak pujian, karena memang Ia yang pantas menerima pujian itu. Kita tegaskan kepada-Nya bahwa Ia Mahakuasa dan Mahaagung. Kita memohon keampunan dosa kita, kasih sayang-Nya, martabat diri kita, rezeki kita, jalan hidup kita, kesehatan kita, dsb. Dan kita ikrarkan salam hormat kita kepada-Nya. Lalu kita tutup salat kita dengan doa bagi kawan-kawan kita di sekeliling kita. Semua ucapan kita kita ikrarkan dengan penuh khusyuk, yaitu keluar dari hati yang tulus dan memohon rida dan penerimaan-Nya.
Salat itu kita kerjakan lima kali dalam sehari. Dan kita mengerjakannya di awal waktu, karena salat di awal waktu adalah puncak kebaikan.
Fungsi salat menahan manusia dari berbuat yang tidak baik (29:45). Fungsi itu pasti efektif mengingat kedekatan dan ikrar manusia kepada Tuhan itu. Dan doa manusia itu pasti dikabulkan (14:34). Dengan demikian salat menjamin manusia baik. Karena itu bila di Indonesia budaya korupsi semakin hebat, itu tanda pelaksanaan salatnya yang belum benar, bukan salah salatnya. (Prof. Dr. H. Salman Harun)

CIRI KEDUA ORANG TAKWA: SALAT, YANG MENJAMIN MANUSIA MENJADI BAIK

“Dan mendirikan salat,” (2:3).
Mendirikan salat adalah ciri kedua orang yang takwa. “Mendirikan” sesuatu adalah menegakkannya sekukuh-kukuhnya sehingga tidak goyah sedikit pun. Mendirikan salat maksudnya melaksanakannya sesempurna-sempurnanya. Itu sudah dimulai dari wuduk, dan meliputi tatacaranya, bacaannya, sikapnya, waktunya, dsb.
Wuduk dimulai dengan mensucikan diri dari kotoran, terutama dua tempat keluar kotoran itu. Selanjutnya berniat bahwa kita berwuduk itu semata-mata untuk membersihkan diri kita, mensucikannya dari dosa, dan guna mendekatkan diri kepada Allah, serta untuk mematuhi perintah-Nya. Kita cuci tangan kita, kita berkumur-kumur, kita basuh muka kita dan kedua tangan kita, lalu kita seka kepala kita dan kedua telinga kita, terakhir kita basuh kedua kaki kita. Semuanya kita lakukan sesempurna mungkin. Artinya, jangan sampai ada di antara anggota tubuh itu yang tidak terkena air wuduk dengan merata. Dan kita mengerjakannya beserta niat semoga segala dosa yang mungkin telah dikerjakan oleh anggota-anggota tubuh kita itu diampuni-Nya. Berwuduk seperti itulah yang dinyatakan Nabi saw. bahwa dosa-dosa pelakunya keluar dari bawah kuku jari-jarinya.
Kemudian kita berdiri menghadap-Nya. Bagaimanakah perasaan kita pada waktu itu? Di depan siapakah kita? Mungkinkah perasaan kita biasa-biasa saja, mengingat yang kita hadapi adalah pencipta, pemelihara, dan penentu nasib kita? Kita pasang niat kita mengerjakan salat itu, yaitu menyembah-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Kemudian kita akui keagungan-Nya dengan mengikrarkan, Allahu Akbar ‘Allah Mahabesar’.
Semua perbuatan dalam salat itu kita kerjakan sesempurna mungkin. Kita berdiri takzim, tanda kita mengagungkan-Nya. Kita rukuk dengan tulus, tanda kita tunduk sepenuhnya kepada-Nya. Kita sujud dengan dalam, tanda kita bersumpah bahwa kita akan setia menjalankan perintah-Nya. Kita “duduk hormat” pertama antara dua sujud dengan sikap sempurna untuk bermohon kepada-Nya. Kita ulangi perbuatan itu sebanyak dua, tiga, atau empat kali sesuai rakaat salatnya. Kemudian kita akhiri salat kita dengan “duduk hormat” kedua, sambil menyampaikan pujian kepada-Nya, salam dan hormat kita kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim, dan doa kita kepada kaum muslimin.
Semua bacaan di dalamnya kita pahami dan hayati. Kita ikrarkan bahwa salat, pengorbanan, hidup, dan mati kita hanya demi Dia. Kita puji Dia sampai puncak pujian, karena memang Ia yang pantas menerima pujian itu. Kita tegaskan kepada-Nya bahwa Ia Mahakuasa dan Mahaagung. Kita memohon keampunan dosa kita, kasih sayang-Nya, martabat diri kita, rezeki kita, jalan hidup kita, kesehatan kita, dsb. Dan kita ikrarkan salam hormat kita kepada-Nya. Lalu kita tutup salat kita dengan doa bagi kawan-kawan kita di sekeliling kita. Semua ucapan kita kita ikrarkan dengan penuh khusyuk, yaitu keluar dari hati yang tulus dan memohon rida dan penerimaan-Nya.
Salat itu kita kerjakan lima kali dalam sehari. Dan kita mengerjakannya di awal waktu, karena salat di awal waktu adalah puncak kebaikan.
Fungsi salat menahan manusia dari berbuat yang tidak baik (29:45). Fungsi itu pasti efektif mengingat kedekatan dan ikrar manusia kepada Tuhan itu. Dan doa manusia itu pasti dikabulkan (14:34). Dengan demikian salat menjamin manusia baik. Karena itu bila di Indonesia budaya korupsi semakin hebat, itu tanda pelaksanaan salatnya yang belum benar, bukan salah salatnya. (Prof. Dr. H. Salman Harun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar